4 Sifat Shalat Gerhana Matahari Sesuai Sunah Nabi

shalat gerhana matahari
Ilustrasi gerhana (Sumber foto: Freepik.com)
0 Komentar

  1. Shalat Gerhana 2 Rokaat

Shalat gerhana itu dikerjakan dua rokaat dengan dua rukuk pada setiap rokaat. Dalilnya hadits Aisyah Radhiyallahu ‘anha di atas.

Selain itu, ada pula hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, dia bercerita : “Pernah terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka beliau pun berdiri dengan waktu yang panjang sepanjang bacaan surat Al-Baqarah. Kemudian beliau rukuk dengan rukuk yang cukup panjang, lalu beliau bangkit dan berdiri dalam waktu yang lama juga tetapi lebih pendek dari berdiri pertama.

Kemudian beliau rukuk dengan rukuk yang lama, rukuk yang lebih pendek dari ruku pertama. Setelah itu, beliau sujud. Kemudian beliau berdiri dalam waktu yang lama tetapi lebih pendek dari berdiri pertama. Selanjutnya, beliau rukuk dengan rukuk yang lama, rukuk yang lebih pendek dari rukuk pertama. Setelah itu, beliau sujud. Kemudian beliau berbalik, sedang matahari telah muncul. Maka beliau bersabda.

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ، لاَيَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ، فَإِذَا رَأَيْتُم ذَلِكَ، فَادْكُرُواللَّهَ

Baca Juga:Lazismu Salurkan 9.191 Paket Kado Ramadhan, Senilai Rp 984.650.000, Disambut Antusias Anak Yatim dan DhuafaDokkes Polres Pekalongan Dukung OKC 2023, Petugas Dites Kesehatan Agar Kondisi Fit

“Sesungguhnya matahari dan bulan itu merupakan dua dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian seseorang dan tidak juga karena kehidupan seseorang. Oleh karena itu, jika kalian melihat hal tersebut, maka berdzikirlah kepada Allah”

Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, kami melihatmu mengambil sesuatu di tempat berdirimu, kemudian kami melihatmu mundur ke belakang”. Beliau bersabda.

ِنِّي رَأَيْتُ الْجَنَّةَ، فَتَنَاوَلْتُ عُنْقُوْدًا، وَلَوْ أَصَبْتُهُ، لَأَكَلْتُمْ مِنْهُ مَابَقِيَتِ الدُّنْيَا، وَرَأَيْتُ النَّارَ، فَلَمْ أَرَ مَنْظَرًا كَالْيَوْمِ قَطُّ أَفْظَعَ، وَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ

“Sesungguhnya aku melihat Surga, maka aku berusaha mengambil setandan (buah-buahan). Seandainya aku berhasil meraihnya, niscaya kalian akan dapat memakannya selama dunia ini masih ada. Dan aku juga melihat Neraka, aku sama sekali tidak pernah melihat pemandangan yang lebih menyeramkan dari pemandangan hari ini. Aku melihat kebanyakan penghuninya adalah wanita”.

Para sahabat bertanya, “Karena apa, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Karena kekufuran mereka”. Ada yang bertanya “Apakah mereka kufur kepada Allah?”. Beliau menjawab.

يَكْفُرْنَ الْعَثِيْرَ، وَيَكْفُرْنَ اْلإِحْسَانَ، لَوْأَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَا هُنَّ الدَّهْرَ كُلَّهُ، ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ ثَيْئًا، قَالَتْ : مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ

“Mereka kufur kepada keluarganya (suaminya), dan kufur terhadap kebaikan (tidak berterima kasih). Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka sepanjang waktu, lalu dia melihat sesuatu (kesalahan) darimu, niscaya dia akan mengatakan : “Aku tidak pernah melihat kebaikan sedikit pun darimu” [Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhani]

0 Komentar