5 Alasan Childfree Tak Sesuai Ajaran Islam, Tidak Sesuai Sunah dan Fitrah Manusia

5 Alasan Childfree Tak Sesuai Ajaran Islam, Tidak Sesuai Sunah dan Fitrah Manusia
Fitrah manusia akan senang memiliki anak. (Hadi Waluyo)
0 Komentar

RADARPEKALONGAN.ID – Childfree atau istilah untuk pasangan yang memutuskan tidak memiliki keturunan atau anak menuai banyak tanggapan dari berbagai khalayak. Terlebih setelah seorang influencer Gita Savitri alias Gitasav memproklamirkan tentang pilihannya untuk memilih childfree. Pemikiran childfree pun kian viral.

Bagaimana pemikiran childfree dalam Islam. Berikut ulasan tentang pemikiran childfree yang diambil dari sudut pandang beberapa ulama, dan dirangkum dari berbagai sumber.

Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu’ti menilai fenomena childfree bukanlah hal remeh. Childfree bertentangan dengan konteks masyarakat Indonesia. Gagasan ini juga tidak sesuai dengan konsep keluarga di dalam ajaran Islam.

Childfree bertentangan dengan ajaran Islam (muhammadiyah.or.id)

Baca Juga:PAC Fatayat NU Wonopringgo: Membangun Kader Fatayat yang Cakap, Modern, dan Bertanggungjawab3 Dinas di Pemkab Pekalongan Diminta Buat Kanal Aduan, Agar Lebih Responsif Terhadap Aduan Masyarakat

Guru Besar Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah ini menjelaskan, childfree muncul akibat berubahnya filosofi perkawinan. Jika relasi perkawinan pada awalnya ditujukan untuk regenerasi, maka childfree memandang perkawinan hanya sebagai rekreasi atau hanya untuk senang-senang semata.

“Gagasan childfree seperti ini pada akhirnya dapat mengakibatkan degenerasi atau keterputusan generasi,” tandasnya.

Selain itu, hal ini tidak sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana hadis sahih Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam riwayat Abu Daud, an-Nasa`i dan Ahmad yang artinya:

“Nikahilah wanita yang penyayang lagi memiliki banyak keturunan. Maka sesungguhnya aku akan berbangga-bangga dengan banyaknya kalian di depan umat lainnya pada hari Kiamat.”

Atas dasar hadis ini, di antara tujuan pernikahan adalah reproduksi dan regenerasi.

Abdul Mu’ti berpesan agar hal-hal kontemporer seperti ini turut menjadi perhatian para dai untuk memberikan dakwah dan bimbingan keagamaan yang menyentuh dan mencerahkan. Kecenderungan yang hedonistis seperti ini perlu diwaspadai. Yang jadi target dalam pandangan seperti ini adalah anak-anak muda karena menganggap gaya hidup masa kini. Apalagi mereka tahapan mencari idola dan kalau idolanya seperti itu bisa secara sederhana mereka meniru.

“Itulah pentingnya bimbingan agama bagi generasi muda dan tidak menganggap kecenderungan ini sebagai tren yang biasa saja,” tandasnya, dalam program Kolak Tvmu, Minggu (12/2/2023).

0 Komentar