Biasanya akan ada perasaan atau kata-kata yang muncul mewakili gangguan kecemaan tadi.
“Saya bermaksud memberikan peringatan kepada tubuh agar berhati-hati ketika menghadapi persoalan tertentu. Karena saya sangat sayang kepada tubuh Anda kala-kalau terjadi sesuatu.”
Sampaikan kepada rasa cemas tadi.
“Wahai rasa cemas, terimakasih atas maksud baik Anda di balik gangguan kecemasan tersebut. Tapi terus terang, sikapmu berlebihan. Aku ingin engkau menurunkan tensi rasa cemas dalam bentuk warning yang biasa saja. Tidak usah sampai merasakan keringat dingin, jantung berdegup dengan kencang sampai badan terasa lemas. Maukah Anda mengurangi intensitas kecemasan dari cemas tingkat tinggi menjadi cemas yang terukur dan biasa saja. Cemas yang biasa, itu sudah cukup untuk memberikan peringatan.”
Bisanya rasa cemas akan akomodatif dengan permintaan tersebut.
Baca Juga:Beda Otak Kiri dan Kanan hanya MitosPertemuan Besar Multaqa Ulama Qur’an Nusantara
“Baik kalau itu permintaanmu, aku akan memberikan warning yang soft dan tidak berlebihan. Tapi aku minta, walaupun warningnya dalam bentuk yang lebih halus, tolong tetap diperhatikan agar tidak terjadi apa-apa yang lebih fatal yang terjadi pada tubuh dan pikiranmu.”
Kalau sudah ada resolusi konflik seperti ini biasanya, tubuh akan jauh lebih tenang dan efek gangguan kecemasan menjadi mereda.
Kelima, Ikhlas Terhadap Apapun yang akan Terjadi
Rasa ikhlas akan membuat benteng dalam diri kita agar kita siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi dalam hidup ini. Ketika kita hidup maka akan ada resiko-resiko yang akan terjadi. Hadapi resiko tersebut dengan ikhlas. Jangan lari dari kenyataan. (ditulis oleh Ade Asep Syarifuddin, C.Ht)