5 Level Mendengarkan dalam Pola Coaching dan Komunikasi Interpersonal, Anda di Level Mana?

Mendengarkan
Mendengarkan itu ada 5 level. Ada di manakah level Anda? (Foto: riliv.co)
0 Komentar

4. Mendengarkan dan Bertanya Kembali

Di level ini sudah sampai pada level terpusat perhatiannya kepada lawan bicara. Dia sudah tidak lagi mempedulikan dirinya. Tidak lagi ingin bercerita pengalamannya, tidak lagi ingin mencari solusi dll.

Yang terjadi adalah mengulang dan bertanya kembali tentang cerita yang disampaikan serta mengeksplore sisi lain yang belum diceritakan.

Contoh ketika lawan bicara bercerita tentang pengalaman buruknya dimarahi oleh pimpinannya, maka orang di level ini akan bertanya seperti pertanyaan di bawah ini.

Mengapa sampai terjadi peristiwa tersebut?

Apa yang menyebabkan pimpinannya marah?

Apakah ketika dimarahi muncul rasa jengkel?

Berapa skala rasa jengkel dari 1-10?

Baca Juga:HUT ke-51 KORPRI, Jadikan KORPRI Wadah Bertukar Pikiran32 Tim Ramaikan Kompetisi Mobile Legends SAGA Magelang

Apakah pimpinannya benar-benar marah  kepadanya atau memang dia lagi bad mood. Sehingga siapapun yang diajak bicara akan kena marah? Atau karena dia menemukan ada kesalahan?

Apakah kesalahan yang terjadi adalah sesuatu yang penting atau tidak?

Apakah sudah ditemukan solusinya?

Bagaimana dampak kepada psikologisnya?

Mendengarkan di level ini sudah pada menggali hal lain di luar yang dikatakan. Sehingga kita akan menjadi lebih faham sebenarnya apa yang tengah terjadi. Dengan demikian pemahamannya akan semakin utuh.

5. Mendengarkan Secara Intuitif

Level mendengarkan di sini adalah level puncak. Sudah berniat untuk mencurahkan diri untuk memperhatikan sepenuhnya kepada lawan bicara. Apapun yang dikatakan secara verbal maupun non-verbal benar-benar berusaha untuk difahami.

Contoh sederhana, seseorang curhat bahwa dia ingin berolahraga tapi dia tidak memiliki waktu. Pendengar di level ini tidak hanya mendengarkan dari yang dikatakan. Tapi bertanya kembali apakah betul ketika memiliki keinginan untuk berolahraga tidak memiliki waktu atau ada hal lain yang menjadikan niat itu tidak bisa dilaksanakan.

Biasanya seseorang menyampaikan alasan sesuatu tidak bisa dilakukan, alasan tersebut bisa berlapis-lapis. Mulai dari alasan yang paling umum sampai kepada alasan yang pribadi.

Dan pendengar di level ini setelah mengeksplorasi secara audio dan intuitif, tidak lantas bernafsu untuk memberikan solusi. Contohnya ketika dia bertanya,

“Bagaimana ya baiknya saya menyelesaikan hal ini?”

Pendengar di level ini tidak akan memberikan jawaban. Dia malah balik bertanya.

0 Komentar