RADARPEKALONGAN.ID – Akhir-akhir ini, istilah quarter life crisis tengah banyak dilontarkan oleh generasi Milenial dan Gen Z. Sebenarnya apa sih quarter life crisis itu? Lalu, bagaimana kaitannya quarter life crisis dengan 5 tipe gangguan kecemasan?
Dikutip dari Aristawati dkk dalam unnes.ac.id, quarter life crisis merupakan suatu periode ketidakpastian dan pencarian jati diri yang dialami individu pada saat mencapai usia pertengahan 20 hingga awal 30 tahun. Pada periode ini, individu akan dihantui perasaaan takut, cemas, dan khawatir akan masa depannya, termasuk dalam hal karier, relasi, dan kehidupan sosial.
Perasaan cemas yang berlebihan di masa-masa quarter life crisis harus diperhatikan. Kecemasan yang berlebihan dapat mengindikasikan seseorang mengalami gangguan kecemasan. Gangguan kecemasan sendiri rupanya terbagi dalam lima tipe. Jangan sampai, ternyata kamu mengidap salah satunya, ya!
Gangguan Kecemasan
Ilustrasi Gangguan Kecemasan. (Foto: freepik)
Baca Juga:3 Langkah Kreatif Project-Based Learning untuk PAUD, Tantangan Serta Contohnya PenerapannyaBenar-benar Membanggakan, 6 Skuad Teknisi Honda Siap Adu Skill di Ajang Asia Oceania
Sebelum membahas mengenai 5 tipe gangguan kecemasan, alangkah lebih baik untuk mengetahui terlebih dahulu definisi dan batasan gangguan kecemasan. Gangguan kecemasan (anxiety disorder) masuk dalam ranah gangguan mental (mental disorder). Yang harus dipahami adalah, gangguan mental berbeda dengan penyakit mental (mental illnes).
Hooley dalam bukunya yang berjudul Psikologi Abnormal menjelaskan bahwa gangguan kecemasan dicirikan dengan ketakutan atau kecemasan tidak realistis, irasional yang menyebabkan stress berat yang dignifikan dan/atau kerusakan fungsi.
Gangguan kecemasan sejatinya dapat diidentifikasi berdasarkan ciri-ciri yang tampak. Nevid Jeffery, Spencer A, dan Beverly Greene telah mengelompokkan ciri gangguan kecemasan dalam tiga bentuk. Yakni ciri fisik, ciri behavioral, dan ciri kognitif.
Ciri fisik gangguan kecemasan dapat dilihat dari respons secara fisik. Misalnya, gugup, tangan gemetar, banyak berkeringat, pingsan, sulit berbicara, sulit bernapas, jantung berdebar, dan masih banyak lagi.
Adapun ciri behavorial merujuk pada kebiasaan penderita gangguan kecemasan dalam menanggapi situasi yang terjadi. Contoh dari ciri behavorial gangguan kecemasan seperti perilaku menghindar, perilaku melekat dan dependen, hingga perilaku terguncang.
Sementara itu, ciri kognitif dapat dilihat dari respons cara berpikir penderita gangguan kecemasan. Berdasarkan ciri kognitif, penderita gangguan kecemasan biasanya mengalami kekhawatiran tentang sesuatu, keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi tanpa ada penjelasan yang jelas, merasa terancam oleh orang atau peristiwa yang normalnya tidak mendapatkan perhatian, kehilangan kontrol, berpikir bahwa semuanya tidak bisa dikendalikan, dan ketakutan-ketakutan lainnya yang ada dalam pikiran.