6 Sebab Prasangka, Buatmu Tidak Objektif dalam Menilai

Sebab prasangka, buatmu tidak menilai dengan objektif
Sebab prasangka, buatmu tidak menilai dengan objektif. (Sumber: freepik.com)
0 Komentar

Prasangka sering kali merupakan konsep atau sikap yang negatif terhadap seseorang sebagai anggota dari kelompok tertentu. Bukan tanpa alasan, melainkan terdapat beberapa sebab prasangka yang sangat berpengaruh terhadap bagaimana seseorang memandang orang lain.

Prasangka dapat memengaruhi perilaku dan interaksi seseorang dengan yang lainnya secara signifikan, khususnya terhadap orang yang memiliki perbedaan dengannya, meski dalam level yang tidak disadari.

Bentuk umum dari prasangka melibatkan perasaan negatif dan kepercayaan terhadap stereotip tentang anggota dari kelompok sosial tertentu, yang cenderung bertendensi pada diskriminasi terhadap mereka. Dalam masyarakat, prasangka dapat ditemui dengan dasar karakteristik kelompok seperti ras, orientasi seksual, jenis kelamin, agama, budaya, dan banyak lagi.

Baca Juga:Hindari Pengaruh Cancel Culture, 6 Tips Ini Bantu Jaga Kesehatan MentalmuCancel Culture: Tren untuk Dihapus atau Dipertahankan?

Ketika orang memegang teguh prasangkanya terhadap orang lain, mereka cenderung mengeneraliasi orang, bahwa semua orang dari kelompok tertentu adalah sama saja. Mereka mendefinisikan individu yang memiliki karakteristik atau keyakinan tertentu sebagai bagian dari karakteristik tersebut dan mengabaikan setiap orang sebagai individu yang unik dan berbeda.

Prasangka bukan hal yang sepele. Karena, jika orang mengambil tindakan atas pikiran dan penilaian negatifnya, maka hal ini dapat merangkak ke level diskriminasi.

Untuk menghindari prasangka yang merupakan penilaian tidak rasional ini, orang perlu mengetahui sebab prasangka dan berusaha menghindarinya. Berikut merupakan beberapa hal umum yang bisa menjadi sebab prasangka yang kamu butuhkan untuk tidak menilai secara subjektif.

Stereotip

Dalam banyak kasus, sebab prasangka datang dari stereotip, yang sederhananya merupakan asumsi tentang kelompok tertentu berdasarkan pengalaman sebelumnya atau kepercayaan tertentu.

Stereotip tentang gender adalah bahwa hanya lelaki yang mampu melakukan pekerjaan berat sementara perempuan memiliki kekuatan fisik yang lemah. Contoh dari stereotip ras meliputi hal-hal seperti, “Orang kulit hitam adalah pebasket,” “Orang kulit putih tidak bisa menari,” atau “Orang Asia cerdas dalam matematika.”

Artikel di Current Directions in Psychological Science mengungkapkan bahwa prasangka berasal dari orang-orang yang tidak nyaman dengan ambiguitas sehingga membuat generaliasi tentang orang lain. Generalisasi ini yang kemudian menjadi sebab prasangka yang dimiliki orang-orang.

0 Komentar