Ajak Anak Lomba Nyolet Batik

Lomba Nyolet Batik
NYOLET - Lomba Nyolet Batik yang diikuti anak pelajar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) se-Kota Pekalongan di Museum Batik Pekalongan, Selasa (17/10/2023).
0 Komentar

PEKALONGAN – Museum Batik Pekalongan kembali menggelar Lomba Nyolet Batik. Dengan mengajak anak pelajar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) se-Kota Pekalongan sebagai peserta kegiatan pun disambut antusias.

Kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka menyambut hari batik nasional dan hari museum Indonesia tahun 2023 ini berlangsung seru di Halaman Museum setempat, Selasa (17/10/2023).

Kepala Museum Batik Pekalongan, Akhmad Asror melalui Tim IT dan Promosi setempat, Sakai Gafiero Sachi mengatakan bahwa lomba nyolet tingkat TK/RA ini diikuti sebanyak 75 peserta dari satuan PAUD 4 Kecamatan di Kota Pekalongan. Dimana lomba sendiri menjadi ajang untuk mengenalkan batik pada anak usia dini dengan cara yang lebih menyenangkan yakni mewarnai atau nyolet.

Baca Juga:LP2M UIN GusDur Gelar Program Literasi Reading ChallengeUIN Gus Dur Kukuhkan 4 Mahasiswa Jadi Duta Moderasi Beragama

“Berbeda dengan tahun sebelumnya tema lomba nyolet kali ini yaitu batik dongeng dimana batik ini juga termasuk khas Kota Pekalongan yang mendapat pengaruh dari Belanda, kita kenalkan anak usia dini bahwa motif batik ada yang menyenangkan, kali ini dongeng rusa dan buaya,” pungkasnya.

Turut hadir membuka acara Kepala Dinas Pendidikan Kota Pekalongan, Zainul Hakim melalui kepala bidang PAUD dan PNF, Sherly Imanda Hidayah.

Pihaknya mengapresiasi dengan diselenggarakannya lomba Nyolet Batik ini. Menurutnya, kegiatan ini tak hanya membangun kecintaan terhadap warisan budaya batik juga dinilai mampu mengembangkan kemampuan dasar anak.

“Kegiatan ini sejalan dengan Dinas Pendidikan berkaitan bagaimana membangun kecintaan anak Kota Pekalongan terhadap batik yang sudah kita tuangkan dalam kurikulum muatan lokal batik untuk anak-anak PAUD,” kata Sherly.

Dalam proses nyolet ini banyak kemampuan dasar anak yang bisa diasah seperti kemampuan motorik halusnya, kemampuan kognitif terkait dengan pencampuran- pencampuran warna bahkan hingga kemampuan numerasi.

Bahkan, dikatakannya kurikulum muatan lokal membatik sudah diberikan pada jenjang PAUD.

“Sejak dini kami mengenalkan berbagai model karya batik nusantara termasuk didalamnya dengan berkunjung ke Museum Batik untuk beraneka ragam jenis batik, bagaimana mereka diajarkan proses membatik yang sederhana seperti nyolet, ataupun jumputan agar anak lebih mengenal batik itu sendiri,” tandasnya. (ap3)

0 Komentar