Anshor Laris

Anshor Laris
Muhammad Yusuf Anshor dan Dahlan Iskan. disway.id
0 Komentar

“Jadi, Anda belajar mendalang dari YouTube?” tanya saya.

“Iya,” jawabnya.

Bukan main.

Setelah remaja barulah ia mendapat bimbingan dari dalang beneran. Dari Gunung Kidul sendiri. Namanya: Ki Sulis Priyanto. Ki Sulis merupakan sarjana pedalangan yang juga melakukan pendampingan desa budaya.

Saat ini, total, sudah sekitar 50 video penampilan Anshor di YouTube. Pemirsanya ratusan ribu. Banyak dalang lebih terkenal yang penggemarnya di bawah itu.

Berarti Anshor sudah laku dijual. Semua yang ada di YouTube itu adalah rekaman live streaming saat Anshor mendalang beneran di depan umum.

“Kapan kali pertama ditanggap?”

“Tiga tahun lalu. Ketika kelas 1 SMP,” jawabnya.

Baca Juga:No GagAwas! Polisi Bakal Tindak Tegas Pelaku yang Memaksa Minta THR

Itulah kali pertama Anshor mendalang dapat bayaran. Yakni di sebuah pernikahan di desa itu. Baru itungan ratusan ribu rupiah.

Orang ternyata senang. Lihatlah suluknya, nyaris sempurna. Ketika mengucapkan dialog, Anshor bisa menyembunyikan suara remajanya. Suaranya begitu dewasa saat di pakeliran.

Keruan saja di kelas 3 SMP sekarang ini yang nanggap Anshor sudah begitu banyak. “Lebaran hari kedua nanti pun sudah mendalang di sebuah acara perkawinan,” ujar sang ayah. Kini sang ayah merangkap manajer Anshor. Mirip ayah penyanyi ”Ojo dibanding-bandingke” Farel Prayoga.

Di hari Lebaran nanti itu bukan hanya di hari kedua yang di-book. Juga hari ketiga, keempat, kelima, ke enam dan ketujuh. “Enam hari berturut-turut,” ujar sang ayah.

Begitu laris.

Sudah bisa pasang tarif. Inilah anak kelas 3 SMP yang sudah punya tarif Rp 30 juta/tampil semalam. Tentu itu harus dipotong sewa gamelan, honor penabuh dan sinden –penyanyi lagu-lagu Jawa.

Anshor telah jadi seniman Jawa yang membanggakan.

Setelah menonton lebih 10 penampilan Anshor di YouTube saya berkesimpulan anak ini punya bakat yang luar biasa. Tidak mudah menjadi dalang. Ia harus vokalis, komedian, teater, sinematograf, penari dan gabungan begitu banyak kesenimanan.

Waktu berjumpa di teras rumahnya, rumah bapaknya, saya sampaikan pertanyaan yang saya simpan sejak di jalan antara Madinah-Tabuk: mengapa tidak mengikuti jenis suara dalang Seno untuk tokoh Sengkuni. Saya tidak puas dengan suara Anshor untuk tokoh Sengkuni. Kurang pas. Kurang ‘pengkhianat’.

0 Komentar