Sejarah Perkembangan Batik Yogyakarta dan Ciri Khasnya

Sejarah Perkembangan Batik Yogyakarta dan Ciri Khasnya
Sejarah Perkembangan Batik Yogyakarta dan Ciri Khasnya (Twitter/@CasaLettori)
0 Komentar

Batik Truntum (Twitter/@herd4n4)

Selain itu, banyak aturan dan larangan yang berkaitan dengan penggunaan batik.

Batik Yogyakarta dengan corak parang rusak dilarang dipakai saat pernikahan dengna harapan agar terhindar dari rumah tangga yang rusak.

Pada saat pernikahan biasanya digunakan kain batik dengan corak sido mukti atau sido luhur dengan harapan agar kehidupan anaknya kelak menjadi orang yang luhur dan terpandang.

Dalam perkembangan selanjutnya, Batik Yogyakarta dijadikan komoditi perdagangan.

Baca Juga:Sejarah Panjang Batik Pesisiran dengan Warna Warninya yang Mengagumkan dan Ciri KhasnyaMengulik Akulturasi Budaya Cina pada Batik Oey Soe Tjoen Pekalongan, Batik Tulis Peranakan Tertua di Indonesia

Daerah pembatikan yogya pertama kali di desa plered, imogiri, bantul. Pembatikan pada masa itu terbatas dalam lingkungan keluarga keraton yang dikerjakan oleh perempuan pembantu ratu.

Dari sini pembatikan meluas pada tingkat pertama keluarga keraton lainnya, yaitu istri dari abdi dalem dan tentara kerajaan.

Pada upacara resmi kerajaan, keluarga keraton batik lelaku atau perempuan memakain pakaian dengan kombinasi batik dan lurik.

Pada masa itu, rakyat terbiasa melakukan kunjungan atau seba pada waktu tertentu ke keraton.

Mereka melihat pakaian bagus yang dikenakan keluarga keraton. Dari sinilah mereka tertarik untuk membuatnya.

Batik akhirnya meluas ke kalangan rakyat dan pembatikanpun keluar dari tembok keraton.

Ciri Khas Batik Yogyakarta

1. Cenderung Berwarna Gelap

Warna dasaran atau latar batik gaya Yogyakarta adalah warna putih atau hitam (biru kehitaman).

Baca Juga:Mengenal Perkembangan Batik Pedalaman, Dibuat dengan Ciri Khusus yang Jarang Orang KetahuiMenelusuri Munculnya 6 Jenis Batik di Indonesia yang Menyemarakkan Ragam Hias Batik Nusantara

Dalam pewarnaannya, didominasi oleh warna cokelat – soga, putih bersih – pethak, biru tua – wedel, serta hitam – cenderung biru pekat kehitaman.

2. Memiliki Filosofi Mendalam

Pemilihan warna batik khas Yogyakarta tidak dilakukan sembarangan karena memiliki arti yang mendalam, Misalnya, warna cokelat dipilih sebagai simbol dari warna tanah lempung yang subur.

Artinya, ini diharapkan dapat membangkitkan rasa kebahagiaan, kerendahan hati, kesederhanaan dan sifat “membumi”.

Warna hitam atau gelap melambangkan kekuatan, kekekalan, kemewahan, kemisteriusan, dan keanggunan.

3. Mengadopsi Simbol Kebudayaan dan Agama

Motif batik khas Yogyakarta banyak mengadopsi simbol kebudayaan Hindu. Simbol dan konsep budaya Hindu ini paling nampak dalam motif semen.

4. Menggunakan Warna Alam

Bahan-bahan pewarna yang digunakan dalam membuat batik sesuai dengan ketersedian bahan baku yang ada di lingkungan sekitar.

0 Komentar