Beijing Syiah-Sunni

Beijing Syiah-Sunni
0 Komentar

Bisa jadi Iran akan menjadi negara pertama yang dikunjungi Xi Jinping setelah berhasil mendapatkan periode ketiga jabatannya. Tiongkok bukan negara yang punya keterikatan sopan santun diplomatik. Ia tidak harus mengutamakan berkunjung ke negara mana dulu sebelum ke Iran.

Beda dengan pemimpin baru Jepang. Ia belum berani ke negara lain sebelum ke Amerika. Pun Korea Selatan. Dan banyak negara lain.

Afrika kini juga hampir total beralih pandang ke Tiongkok. Bahkan dengan narasi emosional: Barat datang ke Afrika untuk menindas dan memiskinkannya, Tiongkok datang ke Afrika untuk membangunnya.

Baca Juga:Durian Celeng Kandeman Dirazia, Ini HasilnyaArab Yahudi

Tentu juga akan lebih banyak lagi proyek Tiongkok di Iran. Lewat berbagai cara. Agar bisa berkelit dari sanksi Amerika. Atau mungkin justru kian terang-terangan menyiasati sanksi itu.

Langkah kuda Tiongkok ini sangat bertepatan dengan langkah pion Amerika. Minggu ini Amerika menerima kedatangan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen. Ini akan memicu ketegangan baru antara Tiongkok dan Amerika. Padahal ketegangan lama belum sempat reda.

Alasannya memang masih klasik. Ing-wen hanya transit di Amerika. Yakni dalam perjalanan yang pesawatnya harus isi BBM di sana. Itu pun tidak di ibu kota Washington DC. Kalau dulu mampir California kali ini mungkin di Tennessee. Yang akan menemui Ing-wen pun bukan pejabat tinggi eksekutif, tapi ketua DPR baru Amerika. Seolah ketua dari Republik ini tidak mau kalah dengan saat ketua masih dijabat Demokrat: Nancy Pelosi. Yang bikin heboh dengan cara mendarat tengah gelap malam di Taiwan tahun lalu.

“Ternyata dialog dan diplomasi bisa menyelesaikan ketegangan antara Iran dan Saudi. Kita harus percaya pada kekuatan dialog dan diplomasi. Bukan dengan ancaman dan perang,” tulis media di Beijing.

Pendapat serupa juga diucapkan Wang Yi, pejabat tinggi Tiongkok yang mengomandani kerukunan kembali Iran-Saudi.

Kata-kata itu seperti sengaja dipilih untuk menyindir Amerika yang tidak mau mendialogkan ketegangan. “Dialog yang baik”, tulis media itu, “adalah dialog yang dalam posisi sejajar”. Bukan yang satu menempatkan diri lebih tinggi. Itu bukan dialog. Itu menekan.

0 Komentar