SISTEM pendidikan dan metode pembelajaran di Indonesia berubah menyesuaikan perkembangan zaman. Pendidikan adalah upaya sadar untuk mengembangkan potensinya manusia yang lahir dalam keadaan tak berdaya. Oleh karena itu diperlukan pendidikan yang berkualitas. IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar, dan merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan. Cain & Ivans (1990) menyatakan bahwa IPA mengandung 4 hal yaitu konten atau produk, proses atau metode, sikap dan teknologi. Keberhasilan pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu faktor guru, siswa, dan lingkungan.
Guru yang profesional akan selalu berusaha menciptakan strategi pembelajaran yang cocok. Keterlibatan siswa sangat penting, agar siswanya lebih aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan dalam mengikuti pembelajaran, sehingga pengetahuan siswa lebih tahan lama. Dengan demikian prestasi siswa akan lebih baik. Dengan diterapkannya kurikulum 13, IPA di sekolah dasar diajarkan dengan pendekatan tematik. Ruang lingkup materi atau kompetensi yang harus dicapai di sekolah dasar diantarannya adalah Menjelaskan sistem tata surya dan karakteriktik anggota tata surya. Realita di lapangan menunjukkan, walaupun telah dilakukan beberapa upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa selama proses pembelajaran, seperti memberi kesempatan untuk bertanya, mengemukakan pendapat, serta mengerjakan tugas secara berkelompok. Namun demikian, banyak siswa yang pasif, kurang semangat, bahkan ada siswa yang tidak mengerjakan tugas dari guru. Siswa juga belum mempunyai keberanian untuk mengajukan pertanyaan.
Upaya untuk meningkatkan prestasi belajar melalui pemanfaatan metode dan media pembelajaran sudah dilakukan guru. Namun upaya tersebut belum memperoleh hasil seperti yang diharapkan. Menyadari akan masalah tersebut, khsusnya rendahnya tingkat hasil belajar pada siswa kelas VI SD Negeri 3 Sojomerto Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2021/2022, maka penulis berusaha untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif make a match dalam pembelajaran IPA agar pembelajaran lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Baca Juga:Cerdik! Cara Abu Abu Nawas Selesaikan Sengketa Pembagian KambingPemkab Batang Ternyata Buka Lowongan 46 PPPK, Ini Dia Formasinya
Model make a match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan model pembelajaran ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sebelum batas waktunya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ngalimun (2013:176), sebelum guru menggunakan model make and match guru menyiapkan kartu yang berisi persoalan, permasalahan dan kartu yang berisi jawabannya, setiap siswa mencari dan mendapatkan sebuah kartu soal dan berusaha menjawabnya, setiap siswa mencari kartu jawaban yang cocok dengan persoalannya, siswa yang benar mendapat nilai reward, kartu dikumpulkan lagi dan dikocok, untuk babak berikutnya pembelajaran seperti babak pertama, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.