Bepergian Sesudah Fajar dan Mencicipi Masakan Ketika Dalam Puasa Ramadhan 1444 Hijriyah, ini Hukumnya?

Bepergian sesudah fajar
rombongan bepergian sesudah fajar sedang melintas. (Radarpekalongan.id/abdurrohman) (Radarpekalongan.id/abdurrohman)
0 Komentar

PEKALONGAN, RADARPEKALONGAN.IDBepergian sesudah fajar di masa melandainya kasus covid-19, mengalami peningkatan. Itu karena perjalanan pagi hari keberangkatan sangat menyenangkan.

Dalam kitab Sulam muttaufiq, tidak diperbolehkan orang yang bepergian sesudah Fajar membatalkan puasa, karena bolehnya membatalkan puasa bagi musâfir, jika berangkatnya sebelum fajar. Namun menurut Imam Muzâni tetap diperbolehkan membatalkan puasa bila bepergian sesudah fajar.

Referensi Bepergian Sesudah Fajar

Sebagai referensinya,

سلم التوفيق صحـ : 43 مكتبة الحرمينفَلَوْ اَصْبَحَ مُقِيْمًا ثُمَّ سَافَرَ فَلاَ يُفْطِرُ ِلأَنَّهُ عِبَادَةٌ اِجْتَمَعَ فِيْهَا السَفَرُ وَالْحَضَرُ فَغَلَبْنَا الْحَضَرَ وَقَالَ الْمُزَنِّىُ يَجُوْزُ لَهُ الْفِطْرُ ِلأَنَّ السَبَبَ الْمُرَخّtigfatuِصَ مَوْجُوْدٌ اهـ

Persoalan di bulan Ramadhan ialah, ialah aroma yang tersisa setelah mencicipi masakan. Biasanya emak-emak yang setiap sore masak untuk mempersiapkan makanan berbuka bertanya, bolehkah bagi orang yang puasa mencicipi makanan, mengingat aroma makanan masih terasa di lidah?

Seorang ibu mencicipi makanan disela-sela aktivitas memasak.(Radarpekalongan.id/abdurrohman)

Baca Juga:Anggaran BOP Raudlatul Athfal Rp381 Miliar Dicairkan Kemenag RI, Segera Cek RekeningYuk Kita Contoh Minuman Kesukaan Rasulullah, Sangat Tepat Dilakukan pada Ramadhan 1444 Hijriah

Dalam kitab tuhfatul Muhtaj fi syarah Minhaj, diperbolehkan, asalkan tidak menelan apa yang dicicipi tersebut.

Sebagai Referensinya

تحفة المحتاج في شرح المنهاج الجزء 3 صحـ : 425 مكتبة دار إحياء التراث العربيوَ عَنْ ذَوْقِ الطَّعَامِ وَغَيْرِهِ بَلْ يُكْرَهُ خَوْفًا مِنْ وُصُولِهِ إلَى حَلْقِهِ ( قَوْلُهُ إلَى حَلْقِهِ ) قَضِيَّتُهُ أَنَّ وُصُولَهُ قَهْرًا عَلَيْهِ مُفْطِرٌ وَلاَ يَبْعُدُ فِيمَا إذَا احْتِيجَ لِلذَّوْقِ أَنْ لاَ يَضُرَّ سَبْقُهُ إلَى الْجَوْفِ كَمَا يُؤْخَذُ مِمَّا تَقَدَّمَ فِي الْحَاشِيَةِ عَنِ اْلأَنْوَارِ ( قَوْلُهُ بَلْ يُكْرَهُ إلَخْ ) نَعَمْ إنِ احْتَاجَ إلَى مَضْغِ نَحْوِ خُبْزٍ لِطِفْلٍ لَمْ يُكْرَهْ نِهَايَةٌ وَإِيعَابٌ قَالَ ع ش قَوْلُهُ نَعَمْ إنِ احْتَاجَ إلَخْ قَضِيَّةُ اقْتِصَارِهِ عَلَى ذَلِكَ كَرَاهَةُ ذَوْقِ الطَّعَامِ لِغَرَضِ إِصْلاَحِهِ لِمُتَعَاطِيهِ وَيَنْبَغِي عَدَمُ كَرَاهَتِهِ لِلْحَاجَةِ وَإِنْ كَانَ عِنْدَهُ مُفْطِرٌ غَيْرُهُ ِلأَنَّهُ قَدْ لاَ يُعْرَفُ إصْلاَحُهُ مِثْلَ الصَّائِمِ اهـ ( قَوْلُهُ فِي الْمَتْنِ وَذَوْقِ الطَّعَامِ وَالْعِلْكِ ) وَمَحَلُّهُ فِي غَيْرِ مَا يَتَفَتَّتُ أَمَّا هُوَ فَإِنْ تَيَقَّنَ وُصُولَ بَعْضِ جِرْمِهِ عَمْدًا إلَى جَوْفِهِ أَفْطَرَ وَحِينَئِذٍ يَحْرُمُ مَضْغُهُ بِخِلاَفِ مَا إذَا شَكَّ أَوْ وَصَلَ طَعْمُهُ أَوْ رِيحُهُ ِلأَنَّهُ مُجَاوِرٌ اه. (dur-diolah dari berbagai sumber)

0 Komentar