Cinta pada pandangan pertama adalah fenomena memiliki perasaan yang kuat terhadap seseorang begitu kamu bertemu dengannya. Alih-alih jatuh cinta perlahan-lahan dari waktu ke waktu, kamu merasa seperti kamu mencintai orang itu sejak pertemuan pertamamu. Beberapa menggambarkan perasaan ini sebagai koneksi instan, ketertarikan yang mendalam, sensasi “kupu-kupu di perut mereka”, atau keyakinan bahwa mereka telah bertemu dengan orang yang ditakdirkan untuk bersama selamanya.
Banyak orang percaya cinta pada pandangan pertama itu mungkin, tetapi apakah perasaan pertama yang kuat ini nyata? Dan apa artinya jika kamu tidak mengalami serbuan perasaan yang intens ini sejak awal?
Apakah Cinta pada Pandangan Pertama Itu Nyata?
Jawaban apakah cinta pada pandangan pertama itu nyata pada akhirnya bermuara pada definisi cinta. Secara umum, cinta didefinisikan sebagai hubungan yang sangat intim di mana keamanan, kepercayaan, keselamatan, dan keterikatan semuanya telah terjalin.
Baca Juga:Benarkah Sensasi Kupu-Kupu di Perut Adalah Pertanda Cinta?6 Hal untuk Diperhatikan Sebelum Memilih Berpisah, Jangan Sampai Menyesali Keputusan
Ketika kamu berpikir tentang fenomena ini, faktor-faktor ini tidak ada saat pertama kali kamu bertemu seseorang. Sebaliknya, mereka membutuhkan waktu untuk berkembang. Jadi jawaban singkat apakah cinta jenis ini nyata adalah tidak, tidak juga.
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Indian Journal of Endocrinology and Metabolism menunjukkan bahwa cinta pada pandangan pertama sebenarnya merupakan daya tarik yang intens pada pandangan pertama.
“Yang bisa berkembang adalah daya tarik yang intens yang melibatkan masuknya hormon dan reaksi neurokimia yang memotivasi kita untuk mencari kedekatan dan keintiman dengan objek kasih sayang dan ketertarikan kita,” jelas Kristen Roye, PsyD. “Sistem respons ini awalnya dapat dipicu secara instan dan mendorong kita untuk mengeksplorasi hubungan lebih jauh dengan orang ini yang tentunya dapat mengarah pada cinta.”
Dr. Route menjelaskan bahwa rasa ketertarikan dan hubungan langsung dengan orang lain ini pada akhirnya memicu serangkaian hormon, termasuk hormon perasaan senang seperti dopamin, norepinefrin, dan kortisol. Ini menciptakan luapan perasaan positif yang dapat membuat seseorang merasa seolah-olah telah “menemukan yang tepat”.