Ciri kepribadian neurotisisme adalah ciri kepribadian inti yang ditkamui dengan ketidakstabilan emosi, mudah tersinggung, cemas, keraguan diri, depresi, dan perasaan negatif lainnya. Seperti ciri-ciri kepribadian lainnya, ciri kepribadian neurotisisme ada dalam sebuah kontinum, yang berarti bahwa orang bisa menjadi tinggi, rendah, atau di tengah-tengah dalam sifat ini.
Ciri kepribadian neurotisisme dapat memengaruhi hubungan dengan berbagai cara. Kecenderungan neurotik, misalnya, terkadang bisa menimbulkan gesekan. Pelajari bagaimana neurotisisme dapat memengaruhi hubungan, serta beberapa cara untuk meminimalkan potensi dampak negatif dari ciri kepribadian neurotisisme ini.
Apa itu Ciri Kepribadian Neurotisisme?
Neurotisisme merupakan sifat yang mencerminkan tingkat kestabilan emosi seseorang. Hal ini sering kali didefinisikan sebagai ciri kepribadian negatif yang melibatkan emosi negatif, pengaturan diri yang buruk (ketidakmampuan mengelola desakan), kesulitan menghadapi stres, reaksi keras terhadap ancaman yang dirasakan, dan kecenderungan untuk mengeluh.
Baca Juga:5 Efek Keterbukaan Terhadap Berbagai Aspek Kehidupan, Pahami dan Pertimbangkan untuk Meningkatkan KeterbukaanmuJawab 12 Pertanyaan Ini untuk Menentukan Level Sifat Keterbukaan yang Kamu Miliki
Orang dengan ciri kepribadian neurotisisme sering kali menjadi mudah terangsang ketika dirangsang atau memiliki kemampuan yang berkurang untuk menenangkan diri ketika sedang kesal atau khawatir. Konsep ini berakar pada zaman Freudian tetapi kemudian diperluas oleh Hans Eysenck dan lain-lain.
Neurotisisme adalah salah satu dari ciri-ciri kepribadian “Lima Besar”, bersama dengan ekstraversi, keterbukaan, kesadaran, dan keramahan (OCEAN atau CANOE adalah akronim yang terkadang digunakan untuk mengingat ciri-ciri ini). Ini adalah ciri-ciri kepribadian abadi yang berfungsi sebagai cara umum untuk mengkategorikan orang.
Prevalensi Ciri Kepribadian Neurotisisme
Neurotisisme umumnya diukur menggunakan kuesioner laporan diri sebagai bagian dari penilaian kepribadian. Mungkin juga melibatkan pertanyaan kepada orang lain, seperti teman dan keluarga, tentang orang tersebut dan karakteristik kepribadiannya. Proses ini menghadirkan beberapa tantangan dalam mengidentifikasi prevalensi ciri kepribadian neurotisisme sebenarnya.
Selain itu, karena neurotisisme bukan merupakan diagnosis, tingkat prevalensi kepribadian neurotik tidak dilaporkan sebagaimana gangguan mental yang dapat didiagnosis. Sebaliknya, setiap orang berada pada suatu kontinum yang berkisar dari sangat rendah hingga sangat tinggi. Dengan kata lain, kita semua ada dalam spektrum dalam hal menjadi neurotik dalam perilaku kita atau memiliki kepribadian neurotik.