Dari Piala Dunia 2022 Qatar, Ternyata Sepak Bola Tak Steril-steril Amat dari Politik

Dari Piala Dunia 2022 Qatar, Ternyata Sepak Bola Tak Steril-steril Amat dari Politik
Momen pemain timnas Maroko membentangkan bendera Palestina usai menaklukkan Spanyol di babak 16 besar, 6 Desember 2022. (Foto: https://pict.sindonews.net/)
0 Komentar

Dari berbagai jejak tersebut, maka sulit untuk menyatakan bahwa sepak bola level Eropa hingga Dunia sekalipun bisa steril dari politik. Tetapi kenapa sepak bola Eropa tetap berkembang dengan baik dan profesional, sementara sepak bola Indonesia dianggap lambat berkembang. Utamanya dengan perkembangan klub-klub di Liga Indonesia. Lalu apa faktor penyebabnya?

Ada yang berpendapat, klub-klub di Indonesia secara finansial masih kesulitan, belum mapan dan mandiri. Sementara dukungan investasinya rendah. Ya bisa juga sih. Belum lagi untuk klub-klub divisi bawah sepertinya masih disokong oleh anggaran negara (APBD). Kelompok lain berpendapat sepak bola Indonesia belum bisa terbebas dari suap. Isu ini pernah jadi berita besar seiring banyaknya kesaksian pemain, petinggi klub, dan lainnya soal praktik suap dan pengaturan skor pertandingan. Program Mata Najwa juga pernah menginvestigasi kasus ini hingga menyebabkan kegaduhan besar yang menyeret PSSI. Tetapi bukankah sekelas Seri A Liga Italia saja pernah dihantam skandal Calciopoli yang menggegerkan dunia?

Selain itu, sempat mencuat juga pendapat yang menyatakan sumber masalah sepak bola Indonesia ada pada Federasi, dalam hal ini PSSI. Alasannya, karena PSSI dari tingkat pusat sampai daerah banyak diisi oleh figur-figur yang notabene pejabat publik atau mantan pejabat publik. Dikatakan lagi, seringkali figur-figur yang mengisi kepengurusan PSSI juga dianggap tak paham-paham amat tentang sepak bola.

Baca Juga:Dapat Alokasi BKK Dusun, 6 Dusun di Kendal Ini Bisa Bangun Infrastruktur PublikProgram Kendal Cerdas, 159 Siswa SMP Berprestasi Diberi Beasiswa

Mungkin asumsi yang menyebut sepak bola Indonesia masih lekat dengan politik itu lebih mirip dengan sistem ekonomi. Di negara-negara Eropa yang sepak bolanya maju, kompetisi liganya mendunia, mereka kan negara-negara liberal, penganut ekonomi kapitalis. Salah satu ciri dengan sistem kapitalisme ini adalah pada minimnya peran pemerintah yang kecil, negara tidak terlibat dalam persaingan ekonomi selain sebagai penjaga malam (menjamin keamanan). Dampaknya adalah berlangsungnya kompetisi yang memacu kreativitas dan inovasi. Jadi, kalau sepak bola Indonesia ingin maju, ya bebaskan saja selayaknya hukum pasar, pemerintah tidak perlu banyak melibatkan diri.

Ya itu sih hanya beberapa pendapat dan analisa, atau sebut saja “hipotesa” yang ingin mengurai sumber masalah sepak bola Indonesia yang seolah jalan di tempat. Nah, dari beberapa analisa tersebut, kamu masuk tim mana nih? Jangan bilang kamu adalah tim yang kalau nonton siaran bola cemilannya sudah kelar sebelum pertandingan berakhir, hehehe. []

0 Komentar