RADARPEKALONGAN.ID – Demam lato-lato melanda semua kalangan di Indonesia, dari anak-anak sampai dewasa. Permainan tahun 90 an yang menggunakan dua buah bola yang dikaitkan dalam satu tali itu juga banyak digemari pelajar, bahkan banyak yang membawany ke sekolah. Khawatir permainan ini akan mengganggu kondusivitas kegiatan belajar mengajar (KBM), beberapa sekolah baik SD dan SMP akhirnya mengeluarkan kebijakan melarang siswanya membawa lato-lato ke sekolah.
Hal ini juga dibenarkan oleh Kepala Disdikbud Kendal, Wahyu Yusuf Akhmadi, kepada Radar Pekalongan, Kamis (12/1/2023). Kata dia, kebijakan yang diambil sekolah supaya siswanya tak membawa permainan Lato-lato itu bukan tanpa sebab, sebab misal ada siswa yang memainkannya saat jam kegiatan belajar mengajar berlangsung bisa mengganggu kenyamanan konsentrasi bagi siswa lainya saat belajar.
“Suaranya yang nyaring dan menimbulkan kebisingan juga bisa menjadikan lingkungan sekolah untuk belajar menjadi kurang kondusif. Silahkan saja mau main Lato-lato tidak di sekolah tapi saat di rumah,” ungkap Wahyu Yusuf Akhmadi.
Baca Juga:DPRD Batang Soroti Pengurukan Tanah untuk Gedung BLK, Rekanan Klaim Sesuai SpekAreal Tambak Ikan Diterjang Banjir Bandang, Petani Rugi Rp 8,4 Miliar
Wahyu Yusuf Akhamadi mengaku tidak mengeluarkan surat edaran larangan ke satuan pendidikan untuk melarang siswa membawa permainan lato-lato ke sekolah. Akan tetapi hanya baru sebatas himbauan secara umum ke satuan pendidikan agar siswan untuk tidak membawa Lato-lato ke sekolah. Menurut Wahyu, bermain lato-lato dipersilahkan pada tempatnya dan di bawah bimbingan dan pengawasan orang tua/orang dewasa.
“Permainan Lato-lato itu mampu melatih motorik, olahraga tangan, dan menciptakan komunikasi antar anak untuk bermain bersama. Permainan tersebut juga bisa dimanfaatkan untuk mengurangi penggunaan gadget pada anak,” tandasnya.
Sementara itu, salah satu penggemar lato-lato, Hazim Zhafran HQ mengaku bermain lato-lato hanya mengikuti tren. Bermain Lato-lato dilakukannya bersama teman-temanya saat pulang sekolah. Siswa SDN 1 Galih, Kecamatan Gemuh ini pun tak pernah membawa permainan Lato-lato ke sekolahan dan lebih memilih menyimpannya di rumah.
“Gampang-gampang susah memainkannya. Apalagi kalau awal-awal belajar memainkan Lato-lato, tangan bisa sakit memar jadi sasaran dua bola Lato-lato yang dimainkan. Bagi yang sudah mahir main Lato-lato karena ada tekniknya, selain sudah terbiasa main permainan tersebut,” tuturnya di sela bermain lato-lato bareng temannya. (lid/sef)