Disiplin Kata adalah Magnet Rezeki, Mengapa Sudah Fokus Tapi Doa Belum Terkabul? (Part-5)

005-Disiplin Kata adalah Magnet Rezeki- Cover
Disiplin adalah magnet rezeki bagisiapapun. (foto: capture magnet rezeki)
0 Komentar

Inilah yang menjadi rahasia. Banyak orang yang berkata, aku pengennya ini tapi kok hasilnya kaya begini.

Kita dapat memanfaatkan hal ini menjadi doa yang bagus. Dalam materi sebelumnya law of projection (LOP), apapun yang dikatakan, dipikirkan dan dirasakan akan menjadi doa. Kita mulai dari lisan terlebih dahulu.

Ada orang ketika akan melakukan sebuah pekerjaan, komentarnya adalah, “Aduh susah ya.” Gantilah kata susah dengan kata ‘tidak mudah’. Setelah materi ini kita akan bersama-sama latihan untuk disiplin kata.

Baca Juga:Unik! Launching SMA IT Assalaam 2023-2024 dengan Melepas Balon Merah Putih ke Langit10 Tips Jitu Merawat Motor Honda Setelah Libur Lebaran

Kata ‘susah’ diganti dengan ‘tidak mudah’. Kalau ditanya, bagaimana jalanan di Jakarta? Jawaban pada umumnya adalah macet. ‘Macet’ itu dipancarkan menjadi macet gaji, macet rezeki, macet, jalanan macet.

Terus apa yang harus kita ubah? Gantilah kata ‘macet’ dengan kata ‘tidak lancar’. Kalau ustadz Nasrullah mengubahnya dengan kalima, jalanan di Jakarta penuh.

Pikiran bawah sadar menangkap penuhkan rezeki, penuhkan kebahagiaan. Susah diganti menjadi tidak mudah. Berat diganti menjadi tidak ringan. Utang diganti dengan amanah. Lupa diganti menjadi tidak ingat. Masalah diganti dengan tantangan, karena bagi sebagian orang masalah itu konotasinya masih negatif.

Mulai sekarang ubah semua kata-kata yang berkonotasi negatif dicari padanannya dengan kata yang lebih positif.

Suatu hari, ustadz Nasrullah datang kepada Kiainya saat baru pulang dari ibadah haji dari tanah suci, dan meminta doa.

Kiainya berkata, “Kamu waktu di Ka’bah waktu ihrom apakah memakai kain putih ya?”

Ustadz Nasrullah menjawab, “Pakai Kiai.”

Kemudian Kiai itu berkata lagi, “Kain ihromnya dipakai terus ya sampai mati.”

Baca Juga:Ini Dia 3 Cawapres Ganjar Pranowo, Jangan Salah Pilih Nama di Pilpres 2024Ganjar Pranowo Kunjungi Museum Multatuli, Tahun 2018 Dibuka untuk Umum

Ustadz Nasrullah bingung dengan kalimat tersebut karena tidak faham maksudnya. Tapi karena yang bilang adalah kiainya, akhirnya dia telan saja terlebih dahulu kalimat tersebut, nanti baru dipikirkan apa maksudnya.

Setelah dipikir dibolak-balik ustadz Nasrullah baru mengerti. Ketika menggunakan pakaian ihrom, setiap orang menjaga hati, menjaga perasaan dan terutama menjaga mulut.

Jangan berkata kasar, berkata jorok dan menyakiti hati orang lain. Kata Paki Kiai, teruskan sampai mati. Untuk urusan kata-kata, ustadz Nasrullah menggunakan kain ihrom seperti yang disarankan oleh Kiainya.

0 Komentar