PEKALONGAN, Radarpekalongan.id – Tahu tidak, ternyata dulunya sarung berasal dari mubaligh. Kini menjadi budaya masyarakat pekalongan. Demikian disampaikan Budayawan Kota Pekalongan, KH Drs Ahmad Marzuki MPd yang ditemui Radarpekalongan.id.
“Dulunya, para ulama ini membawa sarung bercorak satu warna, yaitu kain putih yang diwarnai. Lambat laun, perkembangan warna pada sarung terjadi,” ucapnya.
Mengenai warna sarung, sambung Marzuqi, warnanya dipengaruhi oleh masing-masing daerah, antara lain sarung Donggala, sarung Samarinda, sarung Bugis, sarung Batak, sarung Jepara, sarung Betawi, dan lainnya. “Berlanjut pada masa Presiden Soekarno, industri batik di Kota Pekalongan mendapat angin segar. Saat itu batik menjadi semakin marak, bahkan ada catatan yang mengatakan, batik bisa menyumbang negara sekitar Rp1,4 miliar,” ucapnya.
Baca Juga:Mumpung Masih Muda, Gus Yusuf Ajak IPNU/IPPNU Miliki Kemandirian Politik dan EkonomiJalankan Tugas Advokasi Buruh, Ketua Umum PBNU Instruksikan Pengurus DPP Sowan Kyai
Selanjutnya pada masa sekarang, sarung batik menjadi budaya masyarakat Kota Pekalongan, produk ini semakin banyak diminati masyarakat, baik dalam maupun luar Kota Pekalongan. Mulai 2018, penjualan sarung batik semakin meningkat seiring perkembangan ragam dan motifnya. “Namun, perlu upaya untuk semakin mengenalkan sarung batik, hingga ke dunia Internasional,” harapnya.
Pengurus PCNU Kota Pekalongan menyarankan biar batik lokal bisa lebih maju dan dikenal bahkan di kalangan internasional. Caranya, dengan mengintensifkan diskusi dan pertemuan antara pemerintah daerah dengan pengusaha dan pemerhati batik, membicarakan isu terkini tentang batik dan pasar potensialnya.
“Mungkin suatu ketika Pemerintah Kota Pekalongan mengadakan pertemuan para pengusaha, pemerhati batik, agar ke depannya sarung batik Pekalongan bisa lebih maju dan sarung batik tidak hanya dipakai oleh kita, namun seluruh dunia memakai sarung batik asal Kota Pekalongan,” pintanya.
Dia menilai, sejauh ini perhatian pemerintah terhadap batik luar biasa. Apalagi sekarang pengrajin batik Pekalongan memang gencar membuat sarung bermotif batik.
Dia menceritakan, pembuatan sarung batik kali pertama tidak selesai hanya satu sampai dua hari, namun membutuhkan waktu. Karena proses yang membutuhkan waktu untuk penyelesainnya. (dur)