PEKALONGAN, RADARPEKALONGAN.ID – Gerakan AJAK, singkatan dari Ayo Jaga Anak Kita dilaunching Pemerintah Kota Pekalongan melalui Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Perlindungan Anak atau DPMPPA dalam acara sosialisasi pendidikan keluarga di Gedung Diklat Kota Pekalongan.
Tujuan gerakan AJAK untuk melindungi anak dari segala bentuk tindak kekerasan maupun penyimpangan, sekaligus dalam rangka menyiapkan generasi bangsa yang bertanggungjawab dan memiliki akhlakul karimah.
Kepala DPMPPA, Sabaryo Pramono melalui kabid PPPA, Nur Agustina S.PSi, M.PSi menyampaikan bahwa gerakan AJAK lahir atas dasar keprihatinan kondisi keamanan dan pemenuhan hak anak sekarang ini yang bisa dibilang sangat kritis.
Baca Juga:Forum CSR Kota Pekalongan Bermanfaat untuk Pembangunan7 Mahasiswa Prodi Teknologi Batik Teliti 5 Industri Batik, Ini Hasilnya?
“Orang tua dan masyarakat tidak bisa lagi menganggap remeh kasus yang mengintai anak dengan segala kemajuan teknologi,” ucapnya.
Nur Agustina menyampaikan gerakan AJAK lahir di Gedung Diklat Kota Pekalongan.(Radarpekalongan.id/DPMPPA)
Apalagi bagi orang tua yang memiliki mobilitas tinggi, serta pengaruh sosial ekonomi dan kondisi alam sekitar seperti kekerasan. Ditambah munculnya kesenjangan pendidikan, kesehatan dan lainnya, sangat berdampak kondisi keamanan serta pemenuhan hak anak.
“Makanya perlu effort yang besar dari semua pihak agar anak bisa kita kawal supaya 10-15 tahun mendatang, anak-anak kita bisa menjadi generasi yang siap mengambil tanggung jawab yang lebih besar, sepertinya kita harus serius untuk bisa bersama-sama menjaga anak kita, anak kota Pekalongan,” ajak Agustin.
Gerakan AJAK Harus Dipegang Teguh
Dengan gerakan AJAK diharapkan menjadi tagline yang bisa dipegang teguh, serius dan konsisten bahwa membesarkan satu anak itu butuh satu kampung.
“Jadi semua sisi menjadi tanggung jawab bersama tidak semata orang tua, tetapi pemerintah, satuan pendidikan, lingkungan sekitar maupun lainnya supaya beberapa tahun kedepan kita punya bonus demografi. Kalau tidak kita siapkan dengan baik akan jadi sebuah bencana, bahkan bisa saja menimbulkan rasa apatis kepada mereka, padahal kegagalan masa depannya bisa jadi disebabkan ketidakmaksimalan proses pendewasaan,” pungkasnya. (dur)