Nadia Risqy, guru honorer lainnya berharap agar mereka bisa diloloskan seleksi P3K tahun 2023 ini. Masa pengabdian yang lama diharapkan bisa menjadi pertimbangan untuk meloloskan mereka.
Guru honorer lainnya, Nisa, menyebutkan, mereka sudah mengabdi lama menjadi guru di Kabupaten Pekalongan. Ia sendiri sudah mengabdi selama 12 tahun. Selama pengabdian itu, tupoksi mereka juga sama dengan ASN. Untuk itu, ia berharap agar mereka bisa diloloskan seleksi P3K tahun 2023 ini.
“Ngabdi sekarang enak, ada yang bawa bisa masuk. Dulu kami ngabdi harus mengajukan lamaran sana sini. Jadi kami minta bantuan agar kami bisa diloloskan P3K tahun ini,” ungkap dia.
Baca Juga:Dukung Pendidikan Anak, SMPN 6 Batang Libatkan Peran OrtuSMPN 8 Pekalongan Kukuhkan Puluhan Kader Perubahan
Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Pekalongan Abdul Munir mengatakan, hasil seleksi P3K tahun 2022 itu menyisakan honorer yang belum lolos. Mereka tahun ini nuntut agar ada prioritas lolos seleksi P3K.
“Tentu yang namanya prioritas itu bukan menjadi kewenangan kami. Karena kami di Kabupaten Pekalongan, Dindik itu hanya melaporkan kebutuhan guru, formasi yang menentukan pusat, sistem seleksi yang menyelenggarakan pusat, pelaksananya adalah BKD Kabupaten Pekalongan, namun semuanya yang menentukan pusat,” kata dia.
Dikatakan, aspirasi dari mereka akan diperjuangkan langsung ke Dirjen Guru dan Kependidikan di Jakarta. “Mudah-mudahan ada afirmasi bagi kawan-kawan guru yang sudah lama mengabdi, umurnya sudah mendekati 40, agar ada keseimbangan antara pendaftar baru dengan honorer tanpa penempatan ini,” katanya.
Disebutkan, di regulasinya tidak ada prioritas bagi mereka. Mereka diperlakukan sama dengan guru yang baru mengabdi. “Kami prihatin sekali dengan masa depan guru. Oleh karena itu, kami akan ke Jakarta untuk memohon agar ada afirmasi, penghargaan terhadap kerja mereka yang sudah mengabdi 12 tahun, 10 tahun, umurnya sudah 36 tahun. Mereka kalah dengan guru-guru baru yang baru masuk dan bisa daftar seleksi P3K,” ujar Munir.(had)