Harga Sayuran Anjlok Drastis di Pekalongan, Petani Merugi dan Enggan Panen

Harga Sayuran Anjlok Drastis di Pekalongan, Petani Merugi dan Enggan Panen
HARGA SAYURAN ANJLOK: Harga sayuran di Petungkriyono anjlok. Harga kubis, misalnya, hanya Rp 100 perkilo.Foto: Hadi Waluyo.
0 Komentar

RADARPEKALONGAN.ID, PETUNGKRIYONO – Harga sayuran di Kabupaten Pekalongan mengalami penurunan drastis, membuat banyak petani mengalami kerugian besar dan memilih untuk tidak memanen hasil tanamannya.

Kondisi ini menyebabkan sayuran dibiarkan menua di ladang karena tidak laku di pasaran.

Sukentar, perangkat Desa Simego, Kecamatan Petungkriyono, Rabu (9/10/2024), mengungkapkan bahwa harga sayuran di desanya terjun bebas hingga tidak menarik lagi bagi para petani untuk menjualnya. Banyak sayuran dibiarkan tumbuh liar tanpa dipanen.

Baca Juga:DPRD Sentil Kinerja Retribusi Parkir Batang, Realisasi Jauh di Bawah TargetKPU Pekalongan Terima 1.720 Bilik dan 868 Kotak Suara untuk Pilkada 2024

“Harga sayuran di Simego sekarang mboten pajeng (tidak ada harganya),” ujar Sukentar.

Ia menjelaskan, harga beberapa komoditi sayuran turun drastis. Wortel yang biasanya dihargai Rp 3.500 hingga Rp 4.000 per kilogram, kini hanya dihargai Rp 400 per kilogram.

Kubis bahkan dijual seharga Rp 100 per kilogram, jauh dari harga normalnya sekitar Rp 2.000 per kilogram.

“Selain kubis dan wortel, bawang daun yang biasanya Rp 7.000 per kilogram sekarang hanya dihargai Rp 3.000.

Sementara, kentang yang menjadi komoditas andalan kini harganya turun dari Rp 13.000 menjadi Rp 8.000 per kilogram,” tambah Sukentar.

Banyak sayuran dibiarkan tidak dipanen. Wortel tumbuh sampai berbunga, kubis terpecah karena terlalu tua di ladang, tanpa ada petani yang memanennya.

Sukentar menyebut kondisi ini membuat petani rugi besar, karena biaya produksi tidak dapat tertutupi.

Baca Juga:Meningkatnya Jumlah Anak Punk di Pekalongan: Polsek Wiradesa Ambil Langkah untuk Menciptakan KamtibmasKompetisi Drumband 2024: Menyemarakkan Semangat Sumpah Pemuda di Pekalongan

“Satu hamparan wortel yang biasanya bisa ditebas pengepul dengan harga Rp 7 juta hingga Rp 8 juta, sekarang hanya dihargai Rp 600 ribu hingga Rp 700 ribu,” ungkapnya.

Ia juga mengatakan bahwa tidak mengetahui pasti penyebab turunnya harga sayuran, namun menduga adanya kemungkinan sayuran impor atau lesunya pasar sebagai faktor penyebab.

Sementara itu, Camat Petungkriyono, Hadi Surono, menambahkan bahwa salah satu penyebab anjloknya harga sayuran adalah permainan tengkulak.

Menurutnya, meski permintaan sayuran di pasar masih tinggi, harga yang diterima petani tetap sangat rendah.

“Di daerah bawah harga cabai mahal, tapi di sini cabai banyak yang tidak dipanen. Ada permainan dari tengkulak karena akses Petungkriyono ke pasar jauh dan sulit,” katanya.

Untuk meningkatkan potensi ekonomi Petungkriyono, Camat Hadi menyarankan adanya pembangunan infrastruktur yang memadai, seperti pelebaran jalan, pembangunan pasar, terminal, dan SPBU di wilayah tersebut.

0 Komentar