KAJEN,Radarpekalongan.id – Harga telur di Pekalongan melonjak tinggi dalam sepakan terakhir. Di tingkat pedagang pengecer, harga telur tembus Rp 31 ribu perkilo.
Berdasarkan pantauan Radarpekalongan.id, menjelang bulan suci Ramadhan, harga-harga kebutuhan pokok dan bumbu dapur di Kabupaten Pekalongan kian merangkak naik. Harga telur di Pekalongan mengalami lonjakan paling tinggi.
Harga telur di Pekalongan terus bergerak naik. Saat ini Rp 31 ribu/kg di tingkat eceran (Hadi Waluyo)
Baca Juga:Koramil Wonopringgo Budidaya Ikan Lele, Miliki 6 Kolam IkanDanramil Wonopringgo Peduli Olahraga, Bantu 2 Bola untuk SSB Gelora Wonopringgo
Dalam sepekan terakhir, harga telur di Pekalongan terus bergerak naik. Dari Rp 27 ribu per kilo terus bergerak hingga saat ini di kisaran Rp 31 ribu per kilo. Ini harga di tingkat eceran. Harga telur di tingkat pedagang pengepul sekitar Rp 285.000 per tong atau berkisar antara Rp 28.500 per kilo hingga Rp 29.000 per kilo.
Harga kebutuhan pokok lainnya yang tak kunjung turun adalah beras. Padahal saat ini di beberapa wilayah sudah memasuki musim panen padi. Di tingkat eceran, harga beras kualitas medium masih di kisaran Rp 12 ribu per kilo. Operasi pasar beras pun juga terus dilakukan. Namun belum bisa menekan harga beras di pasaran.
Meski mulai panen padi, harga beras di Pekalongan tak kunjung turun (Hadi Waluyo)
Tedi, pedagang beras dari Kajen, Senin (20/3/2023), mengatakan, meskipun di beberapa wilayah sudah ada yang panen padi, namun harga beras masih cenderung tinggi. Menurutnya, harga beras yang belum kunjung turun di pasaran dikarenakan masuknya pedagang-pedagang besar dari wilayah timur (Kendal, Demak, dan sekitarnya) yang masuk ke wilayah Pekalongan.
Mereka berani membeli gabah di tingkat petani dengan harga cukup tinggi. Akibatnya, pedagang beras lokal pun harus bisa mengimbanginya. Jika tidak, maka bakul beras lokal tak akan mendapatkan pasokan beras dari para petani. Petani akan memilih menjual gabahnya kepada para pedagang dari timur yang berani membeli dengan harga cukup tinggi.
“Yang untung itu para tengkulaknya. Mereka menjual ke bakul dari timur dengan harga tinggi. Kita juga harus mengimbangi. Jika tidak ya ndak dapat pasokan beras nanti,” kata dia.