Ribuan Umat Islam Hadiri Haul Masyayikh Pekalongan Tahun 1444 Hijriyah, Berharap Bisa Meneladaninya

Haul Masyayikh Pekalongan
Masyarakat Kelurahan Banyurip dan sekitarnya memperingati haul para sesepuh Pekalongan di Maqom Banyurip Ageng, Depan Masjid Jami' Ar Rohmah. (Radarpekalongan.id/Abdurrohman)
0 Komentar

PEKALONGAN, RADARPEKALONGAN.ID – Ribuan umat Islam dari berbagai daerah, khususnya Pekalongan menghadiri Haul Masyayikh Pekalongan Tahun 1444 Hijriyah di Maqom Banyurip Ageng, Depan Masjid Jami’ Ar Rohmah, Sabtu Kliwon (29/4/2023).

Memperingati Haul Masyayikh Pekalongan para ulama besar para pengasuh pesantren dan para ulama-ulama lain, karena telah berjasa dalam menyebarkan agama kepada para santri dan masyarakat. Sehingga generasi sekarang diharapkan bisa meneladaninya.

Sebagaimana tradisi tahun sebelumnya, setiap tanggal 8 Syawal, masyarakat Kelurahan Banyurip dan sekitarnya memperingati Haul Masyayikh Pekalonganh atau sesepuh Pekalongan di Maqom Banyurip Ageng, Depan Masjid Jami’ Ar Rohmah.

Baca Juga:Tradisi Lopisan Krapyak Tahun 2023, Wakil Ketua DPRD, Nusron Berharap Bawa KeberkahanHari ini, Pekalongan Balloon Festival 2023 Digelar di Stadion Hoegeng, Pastinya Meriah

Diantara para Masyayikh Pekalongan atau sesepuh pekalongan tersebut, haul ke-80 KH Abdul Aziz Abu Naim, haul ke-91 Nyai Hj Maryam Abdul Aziz, haul ke-24 Romo KH Mudzakir Asyhuri, dan Haul ke-23 Romo KH Zaini Asyhuri.

Dalam pantauan, ribuan umat Islam dengam khidmat mengikuti acara yang dimulai dengan membaca surat Yasin. Dilanjutkan membaca Sholawat Dalailul Khoirot yang dipimpin KH Abdul Muhith Mudzakir. Selanjutnya tahlil dan doa oleh Habib Baqir Al Athos. Kemudian diakhiri dengan ramah tamah menyantap nasi kebuli.

Pelaksanaan Haul Masyayikh Pekalongan Berjalan Lancar

Dalam sambutannya mewakili keluarga, KH Zuhdi Khariri mengucapkan terima kasih kepada sema pihak yang turut serta menyukseskan kegiatan haul Masyayikh Pekalongan, sehingga berjalan lancar. “Semoga tahun mendatang, kegiatan ini tetap lestari,” ucapnya.

Menyinggung perbedaan penetapan Idul Fitri 1444 Hijriyah, KH Zuhdi mengajak jamaah untuk menjaga kerukunan. Karena perbedaan dalam bingkai kerukunan itu indah. Contohnya pasangan suami istei, laki-laki dan perempuan. “Saya dengan anak bapak mertua (isteri,red) berbeda jenis kelamin. Namun karena beda, itu enak dan rukun,” ucapnya.

Masyarakat Kelurahan Banyurip dan sekitarnya memperingati haul para sesepuh Pekalongan di Maqom Banyurip Ageng, Depan Masjid Jami’ Ar Rohmah.(Radarpekalongan.id/Abdurrohman)

Mereka yang berbeda dalam berhari raya idul fitri, sambung Kyai Zuhdi, menjalankan ibadah puasa semua. “Yang menjadi masalah itu, tidak puasa namun meributkan penetapan idul fitri,” kritiknya.

Terjadinya perbedaan penetapan idul fitri, sambung Kyai Zuhdi, sejatinya telah terjadi sejak lama. Dulu pada tahun 1980-an, dirinya pernah dipanggil KH Mudzakir untuk mendiskusikan masalah penetapan idul fitri.

0 Komentar