Kampus Guru Cikal dan Church World Service Dampingi 21 Pengungsi Jadi Guru Merdeka Belajar

001-Kampus Guru Cikal
Peserta berlatih membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara berkelompok. (foto: kampus guru cikal)
0 Komentar

Kampus Guru Cikal selalu menginisiasi untuk melakukan pelatihan dan pendampingan. Kali ini bekerjasama dengan Church World Service mendampingi pengungsi jadi guru merdeka belajar

RADARPEKALONGAN.ID – Church World Service (CWS) menjalin kerjasama dengan Kampus Guru Cikal (KGC) memberikan pelatihan dan pendampingan untuk 21 pengungsi. Pengungsi ini nantinya akan menjadi guru untuk pengungsi lainnya.

Urgensi program didasari pada hasil riset CWS yang mengungkapkan, guru di shelter pengungsian menghadapi berbagai tantangan. Diantaranya kekurangan sumber daya, pelatihan yang kurang layak, serta keterbatasan bahasa dan budaya.

Baca Juga:Guru Honorer Ngadu ke DPRD, Statusnya Masih Belum Jelas Padahal Database 737 KuotaReview Hyundai Creta 2023, Desain SUV yang Berani, Dinamis dan Futuristik

Peserta antar kelompok saling memberi umpan balik untuk RPP yang sudah dibuat. (foto: kampus guru cikal)

Kampus Guru Cikal dampingi ribuan pengungsi luar negeri

“Mereka yang jadi peserta pendampingan ini berangkat dengan inisiatif sendiri. Namun karena mereka belum punya kompetensi sama sekali untuk jadi guru, kami dukung di situ, bagaimana agar bisa jadi guru yang merdeka belajar, guru yang bisa memberikan pembelajaran bermakna,” terang Marsaria Primadonna, ketua Kampus Guru Cikal.

Untuk diketahui, saat ini di Indonesia terdapat lebih dari 12.000 pengungsi luar negeri. Pemerintah Indonesia tidak bisa memberikan izin untuk mereka bisa bekerja. Pasalnya, Indonesia bukan negara penerima pengungsi melainkan hanya penampung atau negara transit.

Namun demikian, Indonesia berkomitmen pada pemberdayaan pengungsi sebagai bentuk implementasi hak ekonomi sosial budaya (Ekosob). Nantinya, pengungsi ini diharapkan memiliki daya saing ketika sampai ke negara ketiga atau negara penerima pengungsi.

Proses pelatihan dan pendampingan berlangsung sejak bulan April hingga Agustus tahun ini. Selama lima bulan, peserta akan mendapat kompetensi untuk melakukan manajemen kelas, menerapkan budaya positif, dan merencanakan bahan ajar.

Suasana pelatihan sangat interaktif. (foto: kampus guru cikal)

“Kampus Guru Cikal membantu dengan melatih keterampilan manajemen kelas yang paling mendasar terlebih dahulu, mendiskusikan peran guru sebagai manajer kelas dan hal-hal dasar lainnya. Juga tentang cara berkomunikasi, berinteraksi dengan positif, membuat kesepakatan bersama dengan murid-murid,” jelas Pima, sapaan akrab Marsaria.

Kompetensi ini dapat digunakan secara kontekstual sesuai kebutuhan. Tidak hanya bisa diterapkan untuk kelas dengan murid anak-anak, namun juga untuk murid dewasa. Beberapa peserta mengungkapkan, mereka akan mengajar kelas keterampilan untuk orang dewasa, seperti kelas menjahit dan menata rambut.

0 Komentar