[Khutbah Idul Fitri 1444 H] Merayakan Cinta di Hari Raya

Khutbah Idul Fitri
Hari Raya Idul Fitri menjadi momentum untuk menebarkan cinta. (disway.id)
0 Komentar

Nabi pun tersenyum sambil mengusap kepala si gadis yatim. “Wahai anakku, maukah engkau menjadikan Muhammad sebagai ayahmu, Aisyah sebagai ibumu, dan Fatimah sebagai saudara perempuanmu?”. Seketika bibir si gadis kecil memendar senyumnya, menyadari sosok di depannya adalah Rasulullah Saw. Tak berapa lama, Rasul membawa pulang gadis itu, meminta Fatimah memandikan dan mendandaninya, lalu si gadis ini pun pergi bermain dengan riangnya.

Ketiga, di momen Idul Fitri ini, mari perkuat ukhuwah atas dasar cinta kita kepada Allah. Kita mecintai saudara seiman kita adalah karena Allah, tidak karena yang lainnya.

Shalat Idul Fitri membawa pesan tentang ukhuwah Islamiyah. (disway.id)

Maka cintailah saudara seiman meski ia berbeda negara sekalipun, berbeda warna kulit, berbeda bahasa dan budaya, apalagi hanya berbeda ormas. Ukhuwah ke dalam ini penting sebagai ujian sekaligus pondasi kita untuk membangun simpul dan cyrcle cinta yang lebih besar, yakni ukhuwah wathaniyah dan ukhwah basyariyah.

Baca Juga:Momen Lebaran 2023, Peluang Warga Batang menjadi Tuan Rumah yang Baik Bagi PemudikTetap Waspada, Ini 3 Isu Krusial Jelang Lebaran yang Bisa Ganggu Kondusivitas Kendal

Jamaah Idul Fitri rahimakumullah,Begitulah cinta yang meniscayakan pengorbanan. Dari Ramadan kita telah belajar bagaimana mengorbankan sedikit kesenngan-kesenangan kita yang sementara untuk mendapatkan kesenangan dan kemenangan nan sejati dari Allah. Karena ada dua kebahagiaan yang dijanjikan bagi orang yang berpuasa, yakni saat berbuka (maghrib maupun 1 Syawal Idul Fitri), dan utamanya saat kelak dipertemukan dengan Sang Maha Cinta, Allah Swt. Puasa yang dilaksanakan dengan segenap daya, lahir dan batin, fisik dan spiritual, pastilah akan melahirkan kualitas takwa, yakni sebuah kesadaran untuk selalu menghadirkan Allah kapan dan di manapun, sehingga hanya Allah lah yang memenuhi hatinya. Itulah cinta, meski Dia tak terindra, tetapi hati kita tetap mampu menghadirkannya menjadi dekat, bahkan amat dekat.

Karena dekat adalah kualitas yang tidak melulu harus diukur dengan jarak fisik. Seorang gadis yang tengah merindukan kekasihnya nun jauh di sana, ia mampu menghadirkan kekasihnya dalam imajinasi hingga memenuhi kepalanya. Mungkin tidak riil, tetapi faktanya mampu menumpahkan air mata, menghadirkan senyum bahagia, mengalihkannya dari dunia riil di sekitarnya.

0 Komentar