Kisah Tamara Gondo, Generation17 dari Indonesia

Kisah Tamara Gondo, Generation17 dari Indonesia
0 Komentar

Bersamaan dengan mengajari para pengungsi berbagai keterampilan menjahit, tim Tamara mencari organisasi-organisasi lain untuk memperluas pelatihan para pengungsi, memberi mereka kelas bahasa, bisnis, keuangan, dan literasi digital. Baru-baru ini juga diadakan sebuah program kewirausahaan untuk para remaja pengungsi dimana mereka diajari cara meluncurkan situs e-commerce mereka sendiri.

Kreativitas yang Didukung oleh Teknologi

Tamara menyebut teknologi digital membantunya mewujudkan kolaborasi bersama rekan internasionalnya. Meeting virtual membuat timnya yang terdiri dari 11 orang untuk terhubung secara rutin dan berbagi beragam perspektif yang menyorot setiap aspek bisnisnya.

Sebagai platform e-commerce, teknologi adalah alat yang penting untuk memamerkan produk-produk mereka dan menjangkau konsumen global – di AS, Singapura, Malaysia, Taiwan, dan negara lainnya. Melalui kekuatan teknologi, Tamara dapat terhubung dengan merek dan komunitas yang memiliki visi yang sama, berbagi inisiatif terbarunya, dan menyoroti para pengungsi dan pengrajin Liberty Society.

Baca Juga:Vicon dengan KASAD, Danrem 082/CPYJ Apresiasi Kinerja Aparat BabinsaPeresmian Renovasi Rutilahu Bantuan KASAD Secara Virtual di Probolinggo

“Teknologi benar-benar membuka dunia bagi kami untuk berbagi cerita para pengungsi kami dan mengangkat suara mereka yang sering kali tidak didengar,” katanya.

Gaya Berkelanjutan untuk Menyelamatkan Bumi

Menurut UN Environment Programme, dunia menghasilkan sekitar 400 juta ton sampah plastik per tahun, dan setiap detiknya, setara dengan satu truk sampah limbah tekstil dibakar atau dibuang ke tempat pembuangan sampah.

Produknya yang meliputi hoodie, tas, dan hampers, berbahan kain ramah lingkungan yang terbuat dari pohon seperti Tencel dan viscose. Pelanggan utama mereka adalah perusahaan yang mencari barang dan hadiah yang lebih ramah lingkungan. Singkong digunakan untuk kemasan yang dapat hancur menjadi pupuk kompos, dan daun pisang dimanfaatkan kembali menjadi bubble wrap. Perusahaan juga mendaur ulang limbah plastik, sisa tekstil, dan karton minuman menjadi produk seperti ikat rambut dan tas jinjing.

“Barang-barang kami yang ramah lingkungan dan berdampak dapat membantu merek-merek untuk terus berkontribusi secara berkelanjutan, berbelanja dengan kesadaran, dan menjalankan tanggung jawab sosial perusahaan secara berbeda,” kata Tamara.

Harapan yang Diperbaharui

Saat ini, Liberty Society telah memberikan peningkatan keterampilan dan kebebasan finansial kepada lebih dari 100 pengungsi. Melalui kemitraannya, mereka juga telah membantu 500 keluarga untuk mengakses pendidikan, donasi makanan, dan perawatan kesehatan gratis. Sepertiga dari hasil penjualan digunakan untuk mendukung para pengrajin. Untuk membuka kemungkinan bagi lebih banyak komunitas, organisasi tersebut telah memperluas jangkauannya dengan menyertakan pengungsi laki-laki, penyandang disabilitas, dan penyintas sex trafficking.

0 Komentar