Awas, Tahun 2035, 80% Daratan Kota Pekalongan Terendam Banjir Rob

Tahun 2035, 80% Daratan Kota Pekalongan Terendam Banjir Rob
Advocacy Specialist & Program Manager Zurich Flood Resilience Alliance Mercy Corps Indonesia, Denia Aulia Syam (kiri) dan Governance Specialist Program Zurich Flood Resilience Alliance Mercy Corps Indonesia, Arif Gandapurnama tengah memberika penjelasan. (foto: asep)
0 Komentar

Langkah Antisipasi Bila Pekalongan Terendam Banjir Rob

Governance Specialist Program Zurich Flood Resilience Alliance Mercy Corps Indonesia, Arif Gandapurnama menjelaskan, sebenarnya pemerintah Kota dan Kabupaten Pekalongan sudah melakukan sesuatu.

Namun karena Kota/Kabupaten Pekalongan bukan daerah strategis secara nasional, bukan ibukota negara, maka penanganannya kurang maksimal dan kapasitas pendanaan sangat kecil.

Menurut Arif, pertama, harus ada perencanaan ekosistem yang komprehensif. Daerah Aliran Sungai (DAS) Kupang, perlu ditata kembali. Apakah perlu relokasi atau beradaptasi dengan air seperti pemukiman apung atau yang sejenisnya.

Baca Juga:XL Axiata Perkuat Jaringan di Kabupaten Banjar Turut Perlancar Acara Haul Guru SekumpulAstra Motor Jateng dan Dealer Cendana Motor Sukorejo Edukasi Keselamatan Berkendara Pelajar Sekolah

Kemudian, dari sisi perencanaan sepadan sungai dan pesisir seperti apa. Perlu ada keberpihakan ke sana.

Kedua, harus ada pengembalian ekologi sungai dan pesisir, serta fungsi infrastruktur. Sekarang prioritasnya masih di infrastruktur dengan banyak membangun tanggul, namun belum mengembalikan fungsi ekologis. Masih kepentingan jangka pendek yang digarap. Ke depan harus kepentingan jangka panjang.

Ketiga, meningkatkan kapasitas masyarakat. Artinya, masyarakat mengerti tentang informasi iklim, mengerti tentang kerentanan hidup di daerah yang terdampak banjir rob.

Adapun Langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi rob menurut Arif adalah, pertama keamanan warga yang tanggal di daerah pesisir.

Rumah-rumah yang sudah tenggelam perlu dipikirkan bagaimana mereka dapat hidup layak lagi. Apakah dibangunkan kembali di daerah lain atau opsi lainnya. Atau kawasannya ditata kembali kalau masih memungkinkan.

Kedua, tambah Arif, setelah kondisi hidup mereka aman, baru memikirkan kondisi ekonominya. Budidaya seperti apa yang cocok dengan kondisi hidup mereka.

Ketiga menangani akar masalah rob yaitu land subsidence dengan tidak mengijinkan eksploitasi air bawah tanah. Caranya dengan menggantikan air permukaan tanah yang sehat adalah isu berikutnya yang harus dipikirkan.

Baca Juga:Rapat Anggota Tahunan (RAT) KosyaNU Wonopringgo Catatkan Aset Rp3 Miliar Lebih1 Euforia Muncul, Istilah ‘My Shampoo and Conditioner Ran Out at The Same Time’

Keempat, membangun tanggul untuk menahan laju rob sangat diperlukan namun bukan untuk mengatasi masalah jangka panjang. Tanggul itu menahan sementara, memberikan periode waktu untuk memikirkan bagaimana caranya mengatasi masalah jangka panjang. Jangan berharap setelah dibangun tanggul lantas daerah tersebut menjadi aman selamanya.

Sekarang ini harus mempersiapkan roadmap Pekalongan ke depan akan seperti apa. Sehingga banjir rob bisa diantisipasi namun budaya masyarakat pun bisa tetap dipelihara. (sep)

0 Komentar