Lebaran Ipin

Lebaran Ipin
Dahlan Iskan, Azrul Ananda (depan kiri), dan Isna Fitriana (dua dari kiri) saat dijamu Bupati Trenggalek M. Nur Arifin (Ipin). disway.id
0 Komentar

Ipin pun dihukum: tidak segera dilantik jadi bupati. Status pejabat bupatinya diulur sampai lebih satu tahun.

Tapi hukuman itu berkah bagi Ipin. Gara-gara penundaan pelantikan itu masa jabatan bupatinya tidak dihitung satu periode. Berarti, setelah sekarang ini pun Ipin masih bisa maju lagi jadi calon bupati Trenggalek. Kans-nya besar. Di pilbup lalu ia menang 68 persen.

Sambil menjadi bupati akhirnya Ipin lulus S-1 dari Unitomo. Lalu ditawari untuk ambil S-2 di Unair.

Baca Juga:Libur Lebaran 2023, Kunjungan Wisata Pantai Jodo MembludakLebaran Prabowo

“Saya mau ke S-2 Unair asal ada prodi pemberdayaan perempuan,” katanya. Unair pun membuka prodi yang diinginkan. Kini Ipin lagi bersiap menyusun tesis.

Istrinya juga S-2. Sang istri kini lagi berencana menerbitkan bukunyi: Ekonomi Perempuan.

Suami istri muda itulah yang kini bertanggung jawab memakmurkan Trenggalek yang miskin.

Trenggalek punya gunung dan pantai. Mirip Pangandaran di Jabar. Tapi nasibnya juga mirip: jauh dari mana pun. Terutama dari kota besar.

Dulu Trenggalek pernah jaya: sebelum Ipin lahir. Trenggalek pernah jadi pusat produksi cengkih. Itu berkat kenekatan bupati tentara berpangkat kolonel. Namanya: Kolonel Sutran. Presiden Soeharto senang sekali pada Sutran. Ia dianggap berhasil mengangkat Trenggalek dari kabupaten termiskin di dunia menjadi makmur. Sutran diangkat menjadi gubernur Papua.

Lalu Trenggalek miskin lagi. Itu gara-gara anak Soeharto: Tommy Soeharto. Tommy terjun ke bisnis cengkih. Dibuatlah lembaga monopoli yang saya sudah lupa namanya. Harga cengkih pun hancur. Rakyat membabat pohon cengkih mereka.

Selama Lebaran di Trenggalek ini saya masih melihat bekas-bekas pohon cengkih itu. Yakni ketika di hari Lebaran itu kami meninggalkan kota ke Pantai Mutiara. Di laut selatan. Sebelah Pantai Prigi.

Baca Juga:Setengah LebaranSafari Tsinghua

Pantai Mutiara adalah ”penemuan” baru. Bu Susi Pudjiastuti, menteri perikanan dan Kelautan pada saatnya, suka sekali Pantai Mutiara.

Pantai pasirnya tidak sepanjang Prigi. Juga bukan pasir putih. Tapi Mutiara ini seperti pantai teluk terlindungi. Ada pulau nun di mulut Teluk Mutiara.

Pulau itu seperti menjadi tirai bagi pintu Teluk Mutiara. Laut lepasnya tidak terlihat. Dengan demikian tidak ada gelombang besar di Mutiara. Maka Mutiara bisa dicadangkan untuk kejuaraan dunia Power Boat. Ideal sekali. Terutama kalau persoalan angin di Danau Toba tidak bisa teratasi.

0 Komentar