Lumbung Padi Di Pesisir Pekalongan Kian Sirna

Lumbung Padi Di Pesisir Pekalongan Kian Sirna
Area tambak dan sawah tak produktif di Desa Mulyorejo Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan ditanami bibit bakau. (Hadi Waluyo).
0 Komentar

KAJEN,Radarpekalongan.id – Pesisir Kabupaten Pekalongan dulunya lumbung pangan di Pantura Jawa Tengah. Area persawahan membentang luas dan produktif. Namun akibat banjir rob menahun, lahan pertanian jadi tak produktif.

Sekretaris Desa Mulyorejo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan, Nurul Huda, mengatakan, sekitar 40 hektar sawah dan tambak di desanya tidak produktif akibat terendam banjir rob. Petani dan petambak beralih profesi untuk bertahan hidup.

“Untuk sawah sekarang sudah tidak ada yang bisa digarap. Untuk tambak tadinya ada yang menggunakan jaring waring, namun lambat laun airnya tambah tinggi dan airnya lebih payau makanya tidak hasil dan banyak yang ditinggalkan,” terang dia.

Baca Juga:BTN Pekalongan Berikan Bantuan TJSL untuk Pasien TBLaju Abrasi Obyek Wisata Pantai Depok di Pekalongan Kian Parah

Untuk itu, lanjut dia, pemerintah desa ikut mendorong agar para pemuda di desa itu mengembangkan wisata hutan mangrove di lahan bekas tambak dan sawah tersebut. “Dari awal kita sudah berinisiatif bersama mengembangkan wisata mangrove. Dulu kan memang kita fokusnya belum di wisata, tapi di konservasi ekosistem. Akan tetapi melihat potensi ketika kita menanam dan hasilnya bagus, akhirnya dari teman-teman sharing dengan desa apa yang bisa kita buat hingga tercetus pengembangan wisata itu,” terang dia.

Di Desa Depok, Kecamatan Siwalan, Kabupaten Pekalongan, bahkan lebih parah lagi. Ratusan hektar sawah di desa ini puso. Sawah tidak bisa diolah lagi akibat terlalu lama terendam air rob.

Hadi Suwitno, tokoh setempat, mengatakan, banjir dan rob mengakibatkan lahan pertanian di desanya puso sejak tahun 2015. Karena sawah sudah tidak bisa ditanami. Ketinggian airnya sudah setengah meter lebih, sehingga sawah tidak bisa digarap.

“Di Depok dulunya ada 200 hektar lahan pertanian. Dialihfungsikan menjadi tambak 30 hektar. Jadi hampir 170 hektar sawah puso sejak tahun 2015. Yang 170 hektar sementara masih berupa tanah puso atau belum bisa dimanfaatkan,” terang dia.

Berdasarkan data Radar, lumbung pangan yang sirna lainnya ada di Desa Jeruksari, Kecamatan Tirto. Akibat banjir rob, ratusan hektar sawah di desa ini juga tidak produktif. Petani pun banyak beralih menjadi buruh serabutan di wilayah Kota Pekalongan dan sekitarnya.

0 Komentar