Masih Ada di Belanda, Kitab Karya KH Ahmad Rifa’i Diharap Bisa Dikembalikan ke Indonesia.

Masih Ada di Belanda, Kitab Karya KH Ahmad Rifa'i Diharap Bisa Dikembalikan ke Indonesia.
0 Komentar

BATANG – KH Ahmad Rifa’i menjadi satu-satunya pahlawan nasional yang berasal dari Batang. Untuk menghormati dan mengenang jasanya, di Desa Kalisalak Limpung pun sudah didirikan Museum KH Ahmad Rifa’i. Lokasi pendirian museum ini diperkirakan merupakan tempat tinggal dan pesantren milik Mbah Rifa’i pada tempo dulu.

Museum pertama di Kabupaten Batang ini pun sudah didirikan 2017 lalu. Kondisinya pun nampak lega, lantaran belum banyak koleksi yang disimpan.

Kasi Pelayanan Desa Kalisalak, Kecamatan Limpung, Arif Makruf menjelaskan, museum ini memiliki beberapa koleksi kitab salinan dari karya tokoh pendiri Rifaiyah tersebut. Sementara kitab-kitab dan dokumen sejarah aslinya berada di museum negara Belanda.

Baca Juga:Ada 14 Kasus Kekerasan Anak di BatangCuri Atensi Masyarakat di Nikahan Kaesang-Erina, Ini Dia Biodata 5 Cucu Jokowi

“Dari Pemerintah Desa berharap bahwa nanti koleksi-koleksi museum yang ada di Belanda itu bisa ditarik kembali ke Museum KH Ahmad Rifa’i. Kami berharap tokoh-tokoh Rifaiyah yang ada di pusat ataupun daerah berupaya untuk menarik kembali. Agar koleksi-koleksi dari karya Mbah Rifa’i itu bisa dikembalikan ke Indonesia,” ujar Arif saat ditemui di kediamannya.

Di Desa Kalisalak sendiri banyak ditemukan jejak peninggalan dakwah KH Ahmad Rifa’i. Salah satunya berupa masjid yang memiliki ukiran-ukiran kaligrafi. Kubah masjid yang terbuat dari tanah liat juga sudah diturunkan untuk mengisi museum.

Saat ini masjid tengah direnovasi dengan anggaran Rp 2 miliar. Meski begitu bagian-bagian bersejarah masjid pun tetap dijaga keasliannya. Diperkirakan masjid tersebut lebih tua dari tahun yang terukir di kaligrafi. Yaitu tertulis 1272 Hijriyah atau 1856 Masehi.

Diperkirakan peninggalan-peninggalan Mbah Rifa’i di Belanda ada sekitar 63 karyaketika berdakwah di Indonesia. Pada zaman penjajahan, metode dakwah yang diterapkan dengan menerjemahkan kitab-kitab klasik ke dalam Arab Pegon.

Cara tersebut dilakukan agar mudah dipahami masyarakat kala itu. Juga dengan syair-syair kebaikan. “Ketika Mbah Rifa’i ditangkap karya-karyanya diambil dibawa ke Belanda,” ucapnya.

Sementara itu, Khabib Sugiyanto, 60, penjaga Museum KH Ahmad Rifa’i menjelaskan jika koleksi yang ada saat ini berasal dari wakaf. Diberikan oleh para ulama. Ada satu koleksi baru di tempat tersebut. Baru ditemukan empat hari lalu di pekarangan museum, berupa senjata seperti keris.

0 Komentar