Memvalidasi emosi atau validasi emosional adalah proses belajar tentang, memahami, dan mengekspresikan penerimaan pengalaman emosional orang lain. Memvalidari emosi merupakan perilaku yang bertolak belakang dari invalidasi emosional ketika pengalaman emosional seseorang ditolak, diabaikan, atau dinilai.
Memvalidasi emosi tidak berarti bahwa kamu setuju dengan orang lain atau bahwa menurutmu respons emosional mereka diperlukan. Sebaliknya, kamu menunjukkan bahwa kamu memahami apa yang mereka rasakan tanpa mencoba membicarakannya atau mempermalukan mereka karenanya.
Ketika kamu memvalidasi emosi orang lain berarti kamu mengakui dan menerima pengalaman batin, pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang sebagai valid.
Baca Juga:Cara Menyadari Privilege, Agar Tidak Keliru Memanfaatkannya7 Jenis Privilege Ini Kadang Tidak Disadari, Apakah Kamu Memilikinya?
Tanda Kamu Memvalidasi Emosi Orang Lain
Orang yang divalidasi secara emosional merasa bahwa orang lain tidak hanya melihat dan mendengar emosi mereka tetapi juga menerima keberadaan perasaan itu. Seseorang yang merasa bahwa emosinya tidak “salah” atau tidak pantas lebih cenderung memiliki rasa identitas dan nilai yang kuat serta dapat mengelola emosi dengan lebih efektif. Selain itu, validasi emosional membantu membuka pintu untuk welas asih: Merasa bahwa emosi kita valid membantu kita menghindari rasa malu dan menyalahkan diri sendiri, sehingga kita dapat menanggapinya dengan percaya diri.
Validasi bisa datang dari orang lain atau dari dalam. Validasi diri melibatkan mengenali dan menerima pikiran dan perasaanmu sendiri.
Cara Memvalidasi Emosi Orang Lain
Memvalidasi emosi atau validasi emosional adalah keterampilan yang membutuhkan latihan. Meningkatkannya dapat memperkuat hubunganmu dengan orang lain dan membantumu memvalidasi pikiran dan perasaanmu sendiri. Berikut adalah beberapa strategi utama.
Mengidentifikasi dan Mengakui Emosi
Akui emosi yang dimiliki orang tersebut. Ini bisa sulit jika mereka belum mengomunikasikan perasaan mereka dengan jelas, jadi kamu mungkin harus bertanya kepada mereka, atau menebak dan kemudian bertanya apakah kamu tepat sasaran.
Misalnya, bayangkan orang yang kamu cintai bersikap marah terhadap dirimu. Jika mereka telah menyampaikan bahwa mereka merasa marah, tunjukkan saja bahwa kamu telah mendengar mereka: “Aku mengerti mengapa kamu marah.” Jika dia belum mengungkapkan perasaannya, kamu bisa berkata, “Kamu kelihatannya sangat marah. Itukah yang terjadi?”