Khotbah Idul Fitri 1444 H : Menahan Diri dan Mengendalikan Hawa Nafsu

Menahan diri
Menahan diri dari apa yang berlebihan dan yang haram (Saiful Ibad, Radar Pekalongan)
0 Komentar

Kembalilah kepada Tuhan-Mu dengan hati yang puas dan lagi diridhai-Nya

Maka masuklah ke dalam (termasuk hamba-hamba Ku)

Masuklah ke dalam surga-Ku.

Maasyirol Mukminin rahimakumullah Taala. Ayat di atas menganjurkan kepada manusia untuk menahan diri dari hawa nafsu dunia. Jangan sampai menjadi orang yang merugi karena terus mengikuti hawa nafsu.

khotbah Idul Fitri: Menahan diri dari melakukan yang disenangi oleh Allah swt

Rasulullah Saw pada suatu hari selesai perang hebat melawan kaum kafir, pernah menyinggung soal hawa nafsu dunia. Rasulullah Saw berujar kepada para sahabatnya tentang perang badar.

Baca Juga:Pawai Enting-enting Landungsari yang Memukau Peringati Hari Kemenangan 1444 HijirahFakta Menarik Lebaran Idul fitri 2023 NU dan Muhammadiyah Berbeda, Apa Alasannya?

“Kita telah selesai menaklukkan perang Badar dan akan menuju perang besar yang akan dihadapi oleh orang muslim.”

“Perang Besar yang seperti apa ya Rasulullah?” Tanya para sahabat.

“Perang Melawan Hawa nafsu Setiap muslim siapapun saja berkewajiban untuk melawan hawa nafsu yang ada dalam dirinya.

Pentingnya memiliki guru untuk mengarungi dunia beserta hawa nafsunya yang besar. Guru berperan besar dalam membantu memberi pandangan dan contoh bagaimana menahan diri dari hawa nafsu.

Dalam diri manusia terdapat tiga jenis nafsu. Nafsu amarah, nafsu lawwamah dan nafsu Mutmainnah. Pertama nafsu amarah adalah nafsu dengan sifat tercela. Mendorong diri manusia melakukan keburukan dan kemaksiatan.

Kedua nafsu Lawwamah yang bisa mendorong hal-hal buruk atau baik. Apabila banyak dipengaruhi oleh perilaku syaiton maka akan jadi seorang yang tercela.

Sedangkan yang dianjurkan adalah nafsu Muthmainnah. Nafsu Muthmainnah adalah yang dimaksudkan berjiwa tenang. Nafsu yang hanya berjalan menaati perintah Allah SWT. Sepintar, sealim apapun kita, sebaiknya memiliki guru.

Seperti sebuah kisah menggugah tentang cerita Syaikh Abdul Sya’rani yang tetap memiliki guru meski sudah jadi seorang alim ulama Mufti. Padahal pangkat kealiman Syaikh Abdul Sya’rani sebenarnya adalah seorang ulama besar pada zamannya.

Baca Juga:Nikmatnya Sego Congor Landungsari Cukup 19 Ribu, Bikin Nagih Pedasnya!Rekomendasi 8 Masjid yang Bisa Digunakan Shalat Ied Warga Muhammadiyah

Namun memilliki seorang guru tukang sol sepatu. Beliau meski sudah menjadi Mufti tapi mau berguru kepada Syaikh Ali Al-Khowas yang pangkatnya secara dhohir jauh di bawahnya sebagai sol sepatu. Namun di langit Syaikh Ali Al-Khowas mendapat keistimewaan karena kealimannya.

0 Komentar