Mengurai Benang Kusut Rob Pekalongan (1), Dinamika Rob Pekalongan

Mengurai Benang Kusut Rob Pekalongan (1), Dinamika Rob Pekalongan
Gambar perubahan bentang alam (perubahan muara, pembukaan tambak) berdasarkan Citra Satelit 1978 dan 2014. (sumber LAPAN 2017)
0 Komentar

KAJEN,Radarpekalongan.id – Dinamika rob Pekalongan sangat kompleks karena sudah terjadi bertahun-tahun dan banyak faktor penyebabnya. Bahkan antar faktor penyebab rob satu dengan faktor yang lain mempunyai keterkaitan, sehingga solusi yang akan dibuat harus komprehensif dan terpadu.

Koordinator Forum Komunitas Peduli Rob (FKPR) Pekalongan, Dr. Mujio Sukir, S.Pi, M,Si, yang juga Kepala Divisi Ekonomi dan Tata Ruang Wilayah, P4W-IPB, dan Dosen Pasca Sarja Perencanaan Wilayah dan Kota, UNPAK Bogor, mencoba mengurai benang kusut rob Pekalongan dimulai dengan penelusuran kejadian apa sebelum terjadinya rob, yaitu sebelum tahun 2000.

Sejarah mencatat bahwa kawasan pesisir Pekalongan pernah memberikan kontribusi perekonomian cukup besar bagi pemerintah. Tahun 1980-1990 merupakan masa kejayaan Pelabuhan Perikanan Kota Pekalongan, siapa yang tidak kenal Pelabuhan Nusantara Pekalongan, salah satu pelabuhan perikanan terbesar di Jawa Tengah bahkan Indonesia.

Baca Juga:10 Cara Menstimulasi Anak Supaya Gemar BelajarSudah Diperpanjang, Proyek Alun-alun Kajen Senilai Rp 6,5 M Tetap Molor

Pesatnya perekonomian di kawasan pesisir Pekalongan, mendorong untuk mengekspolitasi sumberdaya yang ada di kawasan pesisir. Dengan alasan ekonomi, pembangunan dan alih fungsi lahan kawasan pesisir di Pekalongan pada periode tahun 1990-2000 cukup masif. Penelitian LAPAN tahun 2017 berdasarkan analisis Citra Satelit sejak tahun 2078 sampai 2014 menujukkan perubahan pembukaan muara, pembangunan darmaga, dan pembukaan tambak terjadi pada periode tersebut.

Menurut penelitian LAPAN, 2017, perubahan bentang alam termasuk didalamnya pelebaran dan pembuatan muara baru memberikan tekanan (pressure) pada beban sungai, debit volume air yang masuk ke sungai lebih besar karena terjadi pembukaan muara, sementara di hulu semakin dangkal karena banyaknya sampah dan rusaknya sepadan sungai, sehingga menyebabkan air meluber ke area pemukiman melalui saluran drainase dan terjadi rob.

Rendahnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan merupakan aspek lainnya yang mendorong aktivitas penebangan pohon mangrove, pembangunan sepadan sungai dan pembuangan sampah ke sungai. Kegiatan tersebut memberikan tekanan ke sungai, terjadi pendangkalan cukup tinggi dan penyempitan badan sungai. Penelitian sungai Driyogo 2013, nilai laju sedimentasi di sungai Pekalongan 0,450 Kg/m3 – 1,593 Kg/m3 perhari.

Kelangkaan sumber air bersih di wilayah pesisir Pekalongan menjadi permasalahan pada waktu itu. Air bersih bagi masyarakat pesisir Pekalongan adalah barang langka, bahkan pada tahun 1980-an pada saat musim kemarau terjadi kekurangan air bersih, sehingga dipasok dengan mobil-mobil tanki air. Kelangkaan air inilah yang mendorong aktvitas pengambilan/pengeboran air tanah, puncaknya dengan adanya program PANSIMAS antara tahun 2008-2012.

0 Komentar