Muslim Dilarang Ikuti Tren Childfree, Ini 9 Dampak Negatifnya

childfree
Ilustrasi childfree (sumber foto: klikdokter.com)
0 Komentar

Walaupun ‘azl sendiri tidaklah haram. Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Para ulama telah mengkritik, karena haditsnya itu tidak tegas berisi pelarangan. Penyebutan ‘azl sebagai pembunuhan tersembunyi/terselubung dalam hal penyerupaannya, tidaklah selalu berkorelasi dengan satu keharaman” (Fath Al-Bari, 9:309).

Dampak Negatif Childfree

Dampak negatif dari keputusan pasutri yang berkomitmen untuk childfree, di antaranya adalah;

  1. Hilang kesempatan untuk mendapatkan amal jariah dari anak yang shalih.

Ini adalah kerugian terbesar dari pasutri yang memutuskan untuk childfree. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Baca Juga:Pengamanan Obyek Wisata Ditingkatkan, Tingkat Kunjungan Wisatawan Lokal Meningkat Pasca Lebaran 2023, Pastikan Rasa AmanArus Balik di Kabupaten Pekalongan Lancar, 843 Kendaraan Masuk Kabupaten Pekalongan, Belum Ada Ledakan Jumlah Kendaraan

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu); sedekah jariah, ilmu yang dimanfaatkan, atau doa anak yang shalih.” (HR. Muslim, no. 1631)

  1. Mendapat stigma buruk dari lingkungan dan masyarakat yang masih memegang kuat adagium “banyak anak banyak rezeki”.

3. Silsilah keluarganya terputus.

4. Bingung mewariskan harta kekayaan atau orang yang bisa menanggung utangnya setelah meninggal dunia.

5. Gangguan psikologi dimana seiring dengan bertambahnya usia, perasaan kesepian dapat makin berkembang.

6. Hidup tanpa anak berpotensi memberi pengaruh buruk terhadap kesehatan.

7. Pasutri tidak memiliki orang yang bisa diandalkan untuk merawat ketika sudah tua.

8. Tidak mengikuti tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memiliki keturunan, padahal ia mampu.

Ilustrasi childfree (sumber foto: jatim.nu.or.id)

9. Tidak merasakan kesempatan mendapatkan penyejuk mata (qurrota a’yun) padahal mampu.

Allah Ta’ala berfirman,

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

Baca Juga:Nelayan Hilang di Laut Wonokerto Belum Ditemukan, Dicari 3 Regu SAR Hingga Sejauh 7 KmJalan-jalan Bisa Bernilai Ibadah Lho, Ini 2 Syarat Safar Mubah agar Tetap Bernilai Ibadah

“Dan orang orang yang berkata: “Ya Rabb kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa” (QS. Al-Furqan: 74)

Dalam Tafsir Al-Quran Al-‘Azhim karya Ibnu Katsir disebutkan bahwa Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata,

يعنون من يعمل بالطاعة، فتقرُّ به أعينهم في الدنيا والآخرة.

“Yaitu mereka (ibadurrahman) meminta agar mendapatkan keturunan yang gemar beramal ketaatan sehingga sejuklah mata mereka di dunia dan akhirat.”

Tentu untuk jadi penyejuk mata, anak mesti dipersiapkan oleh orang tua dengan pendidikan yang baik. Didikan terbaik adalah dari teladan orang tua itu sendiri. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

0 Komentar