Takut Mengungkapkan Pikiranmu? Passive Communication Bisa Definisikan Kondisimu

Passive communication, alasan mengapa kamu sulit mengungkapkan diri
Passive communication, alasan mengapa kamu sulit mengungkapkan diri. (Sumber: freepik.com)
0 Komentar

Passive communication mewakili gaya komunikasi di mana kamu menghindari untuk mengucapkan apa yang kamu pikirkan dan inginkan secara langsung, dan terkadang meliputi ketidaknyamanan yang diekspresikan melalui bahasa tubuh baik sadar maupun tidak. Banyak orang yang memiliki kecemasan sosial atau social anxiety yang kemudian mengadopsi gaya passive communication.

Social anxiety disorder atau SAD merupakan gangguan kecemasan kedua yang paling sering didiagnosis menjadi penghalang dalam kehidupan sehari-hari manusia. Jika kamu memiliki kecemasan sosial, keterampilan komunikasimu mungkin lemah karena kamu cemas dengan pertemuan sosial, bertemu orang baru, dan konfrontasi .

Salah satu bidang utama yang mungkin terkena dampak adalah komunikasi. Di bawah ini adalah deskripsi tentang bagaimana passive communication dan gangguan kecemasan sosial mungkin terkait.

Mendefinisikan Passive Communication

Baca Juga:4 Tipe Rasa Bersalah Ini Sebabkan Guilt Complex, Kamu Pernah Memilikinya?Guilt Complex, 5 Alasan Ini Jelaskan Adanya Rasa Bersalah yang Berlebihan

Komunikasi pasif adalah pola di mana kamu tidak mampu membagikan pendapat dan gagal melindungi hakmu. Kebutuhanmu tidak terpenuhi karena kamu tidak mengungkapkannya, yang dalam beberapa kasus didorong oleh perasaan takut yang kamu miliki.

Komunikator pasif gagal bersikap tegas terhadap orang lain tentang pendapat, pemikiran, ketidaksetujuan, keinginan, dan lainnya. Akibatnya, orang lain menjadi leluasa untuk memanfaatkannya.

Passive communication dapat ditunjukkan dalam berbagai cara.

  1. Beberapa komunikator pasif berlebit-belit dalam mengungkapkan pikirannya, seperti dengan mengatakan, “Saya berharap seseorang ingat untuk membuang sampah,” padahal dia bisa mengatakan secara tegas agar orang lain tidak meninggalkan sampahnya secara sembarangan. Perkataan yang cenderung berbelit-belit ini cenderung luput dari perhatian orang lain, hingga tidak dijalankan. Dalam tahap ini, sang komunikator kesal, sementara orang lain tidak mendapatkan petunjuk pasti tentang apa yang harus mereka lakukan.
  2. Orang dengan passive communication akan membiarkan orang lain mengesampingkan pikiran dan perasaan mereka. Misalnya, ketika pada kenyataannya kamu adalah seorang vegetarian, kamu tidak mengungkapkan hal tersebut dan hanya menyetujui ketika rekanmu memilih restoran dengan pilihan vegetarian terbatas untuk makan malam bersama. Kamu sebenarnya dapat mengungkapkan preferensimu, tetapi kamu tidak melakukan hal itu sebab takut dianggap ribet atau pilih-pilih.
  3. Beberapa orang dengan passive communication berbicara dengan sangat lembut dan sering melontarkan permintaan maaf. Mereka mungkin meminta maaf sebelumnya atas pendapat mereka atau memenuhi syarat pernyataan mereka. Misalnya, jika dipanggil dalam rapat untuk mengungkapkan pendapat, komunikator pasif mungkin berkata, “Ini mungkin pertanyaan bodoh, tetapi apakah Anda sudah mempertimbangkan masalah ini dari sudut pandang lain?” Mereka menampilkan rasa tidak percaya diri dengan mengantsipasi respons orang lain melalui pernyataan tersebut.
  4. Orang dengan passive communication juga tidak jarang menunjukkan rasa tidak percaya diri melalui bahasa tubuh, seperti kepala menunduk, kedua tangan yang ditautkan, dan lainnya.
0 Komentar