Menginspirasi, Pemabuk Jadi Muazin, 2 Fase Perjalanan Spiritual Seorang Jazim, Mirip Kisah Nuaiman

Pemabuk jadi muazin
Jazim yang dulu sempat di jalan kegelapan kini jadi muzain. (foto: asep)
0 Komentar

Di usia 16 tahun yang mestinya duduk di bangku sekolah SMA, Jazim malah jualan lotere untuk mencari uang. Pernah juga jualan jamu keliling. Di sini Jazim muncul ide nakalnya.

Bungkus jamu tersebut tidak dibuang, tapi dikumpulkan. Setelah itu dia membeli jamu kiloan dari pasar dan dimasukkan ke dalam bungkus kosong jamu kemasan tadi. Bagi yang tidak mengetahui, jamu tersebut dikira kemasan. Padahal jamu kiloan.

Menurut Jazim, dia bisa untung besar kalau berjualan jamu dengan cara ini.

Baca Juga:11 Tahun Amalkan Salat Hajat, Kedua Orangtua Ini Hantarkan Anaknya Wisuda STAN dan Bekerja di KementerianKeajaiban Kaus Kaki, Sopan Umroh bersama Ibu 9 Hari, Mirip Kisah Uwais Al Qorni

Madu dan beras kencur juga dioplos air. Sehingga lebih banyak airnya daripada madunya. Sementara jeruk nipis dia ambil dari kebun milik orang. Hanya telur yang dia beli sendiri.

Dia pikir akan mendapat untung banyak, tapi hanya berselang 1 tahun, jualannya bangkrut dan berhenti sama sekali.

Anak-anak setia menunggu Jazim azan, sesudah itu mereka membaca shalawat. (foto: asep)

Merantau ke Pekalongan

Pergaulan Jazim makin hari makin luas. Tapi memang nyerempet-nyerempet dekat dengan orang yang suka mabuk dan minum minuman keras.

Jazim bahkan sempat melakukan eksperimen di sebuah hutan bersama teman-temannya mabuk minum sampai 5 botol anggur dicampur dengan extra joss.

Hasilnya, dia dan teman-temannyanya pingsan dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore. Untung ada temannya yang menjemput. Dalam keadaan pingsan teman-temannya membawa pulang.

Namun Jazim tetap lelaki yang bertanggung jawab dan masih ingin memiliki masa depan yang baik. Dia mencari kerja ikut kakaknya. Setelah memiliki cukup uang dia memutuskan untuk menikah.

Baca Juga:Perpustakaan UIN Gus Dur Jalin Kerjasama dengan Perpustakaan UMPP611 Siswa SDIT Ulul Albab Antusias Ikut Pawai Tarhib Sambut Ramadan 1444 H

Sesudah menikah pergaulan Jazim lebih terkendali. Sehingga perbuatan-perbuatan maksiat pun dijauhi sedikit demi sedikit. Bahkan setiap ngontrak rumah, di depannya selalu ada mushola.

Marbot mushola menawari untuk azan, ternyata suara Jazim tidak kalah dari suara muazin-muazin lainnya. Bisa dibilang suaranya merdu. Di sini darah ustaz dari ayahnya sebenarnya mengalir deras. Karena sikap keras kepala Jazim dan rasa takut kepada ayahnya yang menjadikan Jazim kurang tekun dan tidak tuntas dalam mengaji.

Menangis Saat Salat Tasbih

Menyadari bahwa selama ini sikap dan perbuatannya tidak baik, Jazim mulai membenahi diri. Dia ingin mengurangi dosa-dosanya yang selama ini dia lakukan.

0 Komentar