Penyuluh Agama Punya Peran Penting Cegah Stunting dari Hulu

Sosialisasi dan pembekalan bagi penyuluh agama dalam rangka cegah stunting dan percepatan penurunan stunting di Kota Pekalongan
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo memberikan sambutan dalam sosialisasi dan pembekalan bagi penyuluh agama dalam rangka percepatan penurunan stunting di Provinsi Jawa Tengah yang digelar di Gedung HA Djunaid Convention Center, Kota Pekalongan, Rabu (28/12/2022). (Radarpekalongan.id/Wahyu Hidayat)
0 Komentar

PEKALONGAN, Radarpekalongan.id – Para penyuluh agama punya peran penting untuk ikut turut mengedukasi masyarakat agar stunting bisa dicegah sejak dari hulu, misalnya kepada para calon pengantin.

Hal inilah yang saat ini tengah digencarkan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) ke para penyuluh agama di tiap daerah di Indonesia. Para penyuluh agama dilibatkan dalam percepatan penurunan angka stunting.

Sebagaimana yang dilakukan BKKBN dengan menggelar Sosialisasi dan Pembekalan bagi Penyuluh Agama dalam Percepatan Penurunan Stunting di Provinsi Jawa Tengah yang digelar di Gedung HA Djunaid Convention Center, Kota Pekalongan, Rabu (28/12/2022).

Baca Juga:Jenis Barang yang Dibatasi serta Dilarang Dibawa Masuk ke Lapas Pekalongan, Salah Satunya JengkolDua Mahasiswa UIN Gus Dur Terima Hibah Permodalan Tahun 2022 dari Kemenpora dan Pegadaian

Kepala BKKBN Dr. (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K), dalam acara tersebut mengatakan bahwa BKKBN telah mendapatkan instruksi dari Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin selaku Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Nasional, agar menyosialisasikan penanganan stunting kepada para tokoh agama dan penyuluh agama melalui halaqoh-halaqoh di sejumlah daerah di Indonesia.

“Kemarin sudah di Brebes, hari ini di Kota Pekalongan, nanti dilanjutkan ke tempat-tempat lain, sehingga kita membutuhkan peran tokoh agama, ulama, hingga penyuluh agama di tingkat kecamatan tentang pentingnya mencetak generasi unggul yang di dalamnya ada indikator penurunan kasus stunting,” kata Hasto.

Hasto membeberkan bahwa secara Nasional, angka prevalensi stunting di Indonesia pada 2021 sebesar 24,4%, dan dalam waktu dekat Menteri Kesehatan akan mengeluarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) di akhir tahun 2022 atau awal tahun 2023. Ditargetkan, pada 2024 mendatang angka prevalensi stunting ini bisa turun menjadi 14%.

“Sesuai arahan Presiden Jokowi, diharapkan setiap tahun angka prevalensi stunting di Indonesia bisa turun sebesar 3%, sehingga diharapkan di akhir tahun 2022 ini angkanya bisa mendekati 21%, dan turun lagi di Tahun 2023 sekitar 18% dan di akhir 2024 bisa mendekati 14%,” katanya.

Hasto mengapresiasi bahwa angka prevalensi stunting di Provinsi Jawa Tengah adalah 20,9%. Angka ini mengalahkan provinsi lain di Pulau Jawa.

“Untuk Provinsi Jawa Tengah angkanya terendah di Pulau Jawa yakni  20,9%, Jawa Timur masih 23%, Jawa Barat 25%, Banten hampir 25%,” bebernya.

Hasto mengungkapkan ada beberapa penyebab terjadinya stunting. Antara lain karena pengaruh lingkungan yang kurang mendukung.

0 Komentar