Pindang Tetel, Kuliner Khas Pekalongan Yang Paling Nikmat Disantap dengan Lontong

Pindang Tetel, Kuliner Khas Pekalongan Yang Paling Nikmat Disantap dengan Lontong
Salah satu kuliner khas Pekalongan yang tak kalah nikmat adalah pindang tetel. (Hadi Waluyo).
0 Komentar

KAJEN,Radarpekalongan.id – Berlibur ke Pekalongan tak akan lengkap jika belum menikmati kuliner khas Pekalongan. Bukan hanya nasi megono dan soto tauto. Selain dua kuliner itu, ada juga yang populer di Pekalongan. Namanya pindang tetel.

Meski namanya pindang tetel, olahan makanan ini bukan dari ikan pindang. Makanan ini mirip seperti rawon, berkuah. Warna kuahnya coklat kehitam-hitaman, berisi tetelan daging sapi, dan kerupuk usek.

Salah satu warung pindang tetel legendaris ada di kawasan kuliner Bebekan atau Lapangan Gemek, Kecamatan Kedungwuni. Warung itu milik Casroni. Namun kini diurus istri dan anak-anaknya.

Baca Juga:Potensi Kerugian Banjir Rob Pekalongan Gede Banget, Rp 17,64 Triliun di Tahun 2025Tahun 2035, 80% Wilayah Pekalongan Diprediksi Banjir Permanen. 4 Strategi Besar Perlu Dilakukan

“Dari cerita simbah-simbah dan orangtua saya, pindang tetel ini berasal dari Desa Ambokembang, Kedungwuni. Terus kata tetel kan dari daging sapi tetelan itu,” kata Nur Rochim (33), anak dari pemilik pindang tetel Casroni.

Menurut Nur, orangtuanya sudah berjualan pindang tetel ini hampir 30 tahun. Awalnya orangtuanya jualan pindang tetel secara keliling. Akhirnya mangkal di perempatan dekat SMAN 1 Kedungwuni. “Setelah itu pindah di trotoar hingga sekarang,” ujarnya.

Ciri khas pindang tetel terletak dari penyajiannya. Sama seperti rawon, warna coklat kehitam-hitaman kuah pindang tetel berasal dari keluak atau keluwek. Berpadu dengan irisan daun bawang dan puluhan jenis rempah.

Selain tetelan daging sapi, pindang tetel juga berisi kerupuk pasir atau yang sering disebut orang Pekalongan yaitu kerupuk usek.

“Kerupuk usek ini yang membuat pindang tetel identik. Usek diremas dahulu lalu diguyur kuah pindang tetel. Kalau menggunakan kerupuk minyak biasa, rasa kuahnya bisa berubah dan sensasinya juga beda,” ungkapnya.

Ia mengatakan, satu porsi pindang tetel harganya Rp 12 ribu. “Lebih enak lagi, pindah tetel dicampur dengan lontong,” katanya.

Warungnya mulai buka dari pukul 16.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB. Daging sapi yang dihabiskan setiap harinya sekitar 10 kg. Pembeli paling ramai saat weekend. Pernah warungnya tutup pukul 19.00 WIB, karena sudah habis semua. Nur menambahkan, banyak pembeli dari luar kota heran karena nama makanan pindang tetel, akan tetapi tidak ada pindangnya.

Baca Juga:Pesona Petungkriyono Kabupaten Pekalongan, Pegunungan Dengan Eksotisme Air Terjun Di Tengah Hutan, Wisata 1000 CurugCurug Bulu Damar, Pesona Terpendam di Tengah Hutan Perawan di Kabupaten Pekalongan, 1 Jam Jalan Terabas Hutan

Salah satu pembeli, Resa Meiviani Aulia Dita (23), dari Jakarta, mengatakan, pindang tetel ini kayak rawon. Kuahnya kehitam-hitaman. “Rasanya kayak rawon, tapi ini rasanya enak sekali,” kata Dita.

0 Komentar