2 Trik Psikologi Komunikasi Dongkrak Mood Lawan Bicara dan Membangun Relasi yang Nyaman

2 Trik Psikologi Komunikasi Dongkrak Mood Lawan Bicara dan Membangun Relasi yang Nyaman
WAWANCARA - Ketua DPRD Kota Pekalongan sedang wawancara dengan wartawan. Agar mendapatkan informasi yang utuh, psikologi komunikasi menjadi kata kunci bagi wartawan.
0 Komentar

Saya memiliki pengalaman tentang buruknya psikologi komunikasi dari salah seorang petugas survei di lapangan. Soreitu hari Jumat pukul 16.00 WIB awal bulan November 2022. Saya baru pulang ke rumah dan mau shalat Ashar. Tiba-tiba ada 2 orang perempuan mengetuk pintu dan mengucapkan salam.

“Assalamualaikum…..”

“Assalamualaikum…”

Saya bingung, lanjut shalat atau temui tamu. Saya memutuskan untuk menemui tamu, kemudian saya berencana meminta mereka agar reskedul pertemuan. Karena kalau dipaksa sore itu ketemu maka jadwal saya bisa berantakan. Belum lagi secara kesehatan saya merasakan tidak nyaman di badan karena demam.

Dengan mengenakan sarung dan baju koko saya keluar menemui dua orang perempuan. Yang satu mengenakan baju biru langit dan bawahan biru dongker berkerudung. Sementara yang satunya kalau tidak salah lihat mengenakan jeans dan T Shirt.

“Dari mana? Mau ketemu siapa?” tanya saya.

Baca Juga:Menimbang Kurikulum SD Berbasis KeterampilanMelatih Sikap Kerjasama Anak Melalui Kegiatan Bermain Cublak-Cublak Suweng

Yang  mengenakan T Shirt langsung menjelaskan bahwa mereka dari sebuah Lembaga Survei.

“Kami dari Lembaga Survei, mau mengadakan survei. Apakah bisa sekarang?”

Saya agak keberatan kalau harus waktu itu juga menerima tamu dan wawancara dalam kondisi belum shalat dan menahan demam di tubuh.

“Mohon maaf, bisa nggak survei dan wawancaranya di kantor saya saja. Sore ini saya tidak bisa.”

Saya mengajukan keberatan. Tapi saya juga tidak mungkin bercerita bahwa badan saya lagi demam. Itu urusan pribadi saya. Namun jawabannya tidak terduga.

“Kantornya di mana?”

Saya jawab dengan singkat.

“Dekat kok hanya 20 menit dari sini. Saya sudah tiga kali menerima surveyor yang sama dan mereka bersedia untuk wawancara di sana.”

Namun respons nya bikin saya mengernyitkan dahi.

“Itu kan beda kabupaten. Kami dari kabupaten sini,” tutur surveyor tersebut.

Saya tidak habis pikir, apa kaitannya wawancara di kantor saya dengan beda kabupaten. Toh data yang saya berikan adalah data tentang saya bukan data tentang kantor saya. Soal tempat wawancara di mana, saya berpikir di tempat mana yang paling nyaman dan bisa memberikan keterangan tidak jadi masalah. Tapi ini malah keberatan karena tempatnya di luar kabupaten.

0 Komentar