Pupuk Semangat Belajar Siswa dengan Pendekatan Konstruktivisme

Pupuk Semangat Belajar Siswa dengan Pendekatan Konstruktivisme
Agus Sutomo, SPd SD
0 Komentar

Radarpekalongan.id – Pendidikan adalah sebuah program yang mengandung komponen tujuan, proses belajar mengajar antara murid dan gurunya sehingga, akan meningkatkan sumber daya manusia (SDM) menjadi lebih baik. Apalagi kita hidup dijaman sekarang ini pendidikan sangatlah diperlukan. karena pendidikan itu akan membawa kita tidak ketinggalan jaman tetapi kita bisa memilih mana yang baik dan mana yang tidak baik bagi kita.

Pendidikan merupakan modal yang sangat penting dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.Berkaitan dengan dengan materi Asia Tenggara pada mata pelajaran IPS, permasalahan yang terjadi pada peserta didik MIS Pejarakan Kecamatan Paninggaran, kelas VI dalam menerima pelajaran kurang bersemangat dan berdampak hasil belajar yang sangat menurun. Ini juga dikarenakan dalam pembelajaran guru masih menggunakan metode tradisional yaitu ceramah dan latihan soal saja. Sehingga siswa kurang tertarik dalam menerima belajar. Dan salah satu cara penulis mendapatkan kesuksesan peserta didiknya yaitu dengan cara mengubah atau memilih strategi pembelajaran yang tidak seperti biasanya.Kemudian penulis menerapkan pendekatan yang harapannya sebagai suatu jalan terbaik. Yaitu pendekatan Konstruktivisme adalah agar siswa mampu meningkatkan pengetahuan mereka untuk membangun sekaligus menemukan hal-hal baru, dan membuat pembelajaran yang lebih terpusat kepada siswa (student centered) dalam proses pembelajaran agar lebih mengesankan dan mudah untuk diingat dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Langkah-langkah pendekatan konstruktivisme menurut Suprijono (2009: 41) yaitu : Pertama, Orientasi, merupakan fase untuk memberi kesempatan kepada siswa memerhatikan dan mengembangkan motivasi terhadap topik materi pembelajaran. Kedua, Elicitasi, merupakan tahap untuk membantu siswa menggali ide-ide yang dimilikinya dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan atau menggambarkan pengetahuan dasar atau ide mereka melalui poster, tulisan yang dipresentasikan kepada seluruh siswa. Ketiga, Rekonstruksi ide, dalam tahan tahap ini siswa melakukan klarifikasi ide dengan cara mengontraskan ide-idenya dengan ide orang lain atau teman melalui diskusi. Berhadapan dengan ide-ide lain seseorang dapat terangsang untuk merekonstruksi gagasanya, kalau tidak cocok.

Baca Juga:Media Gambar Solusi Mengatasi Kejenuhan Belajar Perkembangbiakkan Makhluk HidupKaderisasi Ala Santri di Institusi Polri

Sebaliknya menjadi lebih yakin jika gagasanya cocok. Keempat, Aplikasi ide, dalam langkah ini ide atau pengetahuan yang telah dibentuk siswa perlu diaplikasikan pada macam-macam situasi yang dihadapi. Hal ini akan membuat pengetahuan siswa lebih lengkap bahkan lebih rinci. Kelima, Review, dalam fase ini memungkinkan siswa mengaplikasikan pengetahuannya pada situasi yang dihadapi sehari-hari, merevisi gagasanya dengan menambah suatu keterangan atau dengan cara mengubahnya menjadi lebih lengkap. Jika hasil reviu kemudian dibandingkan dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki, maka akan memunculkan kembali ide-ide pada diri siswa. Harapan penulis setelah menerapkan pendekatan konstruktivisme siswa akan lebih aktif dalam pembelajaran, suasana dalam proses pembelajaran akan lebih menyenangkan, peserta didik merasa dihargai dan semakin terbuka kepada guru, dan tampak mereka memupuk kerjasama dalam kelompok. Hasilnya nilai siswa berhasil diatas nilai rata-rata KKM yang telah ditentukan oleh sekolah.(*)

0 Komentar