Razia Agama

Razia Agama
Dahlan Iskan -Foto.Dok/Ilustrasi: Syaiful Amri-disway.id
0 Komentar

Setelah sekian puluh kali ke Makkah-Madinah saya baru sekali melihat ada pemeriksaan paspor menjelang masuk kota. Itu pun bukan ”razia” agama, tapi lebih pada pemeriksaan keamanan.

Alhasil, larangan bagi nonmuslim itu tidak ada yang mengontrol.

Saya pernah dites apakah saya Islam hanya satu kali.

Justru di Lebanon.

Di bagian kota Beirut yang dikuasai gerakan Mujahidin.

Cara mengetesnya sederhana: apakah saya bisa mengucapkan kalimat syahadat. Tentu saya bisa mengucapkannya secara fasih. Dan, karena yang mengetes itu bersenjata, maka sekalian saja saya ucapkan seluruh surat Al Fatihah.

Jadi, kalimat ”Muslims Only” itu diganti atau tidak, rasanya tidak banyak berpengaruh pada praktik sehari-hari.

Baca Juga:Ini Tampang dan Pengakuan Guru Ngaji yang Sodomi 13 SantrinyaNgawur, Kakak Tiri Setubuhi dan Peras Adiknya Sejak 2014

Apalagi kelak –dan sekarang sudah dimulai– kalau visa turis bisa juga digunakan untuk umrah dan haji.

Sekarang ini, tutur Ferry Is Mirza pemilik usaha umrah dan haji di Jatim, pemegang tiket pesawat Saudia jurusan mana pun boleh umrah dengan visa on arrival.

Jadi, misalkan Anda mau ke Eropa. Naik pesawat Saudia. Anda bisa transit di Saudi untuk umrah. Urus visanya di bandara sana.

Alasan utama melarang nonmuslim masuk Makkah dan Madinah adalah karena doktrin orang musyrik dianggap najis. Tapi tafsir ”najis” di situ juga sangat terbuka.

Gus Muiz Aziz, kiai muda dari Pondok Denanyar Jombang mengatakan ini: umumnya ulama dari tiga mazab melarang non-muslim masuk masjid, tapi mazab Hanafi memperbolehkan.

“Yang penting tidak menetap di masjid,” ujar Gus Muiz yang selalu berambut panjang itu.

Makanya di Tiongkok, teman-teman saya yang komunis bebas masuk masjid. Bahkan dipersilakan masuk. Didorong-dorong untuk ikut masuk.

Baca Juga:Memulai HidupTerdakwa Investasi Bodong Yosepha Juwitaretno Dihukum 1,2 Tahun Penjara

Seperti saat saya mengajak para mahasiswa Indonesia di Nanjing bulan puasa lalu. Yakni untuk berbuka puasa di salah satu masjid di sana. Padahal saya sudah memberi tahu pengurus masjid bahwa sebagian mahasiswa itu Kristen dan Buddha. Muslim di Tiongkok memang menganut mazab Hanafi, seperti juga umumnya muslim di Asia Tengah.

Di Beirut saya juga ke masjid terkenal di sana.

Justru pengurus masjid menyediakan pakaian panjang-longgar untuk wanita non muslim yang datang dengan you can see. Lalu mempersilakan mereka masuk masjid. Yakni untuk melihat-lihat keindahan masjid.

0 Komentar