Rekor Laba

Rekor Laba
Dahlan Iskan -Foto.Dok/Ilustrasi: Syaiful Amri-disway.id
0 Komentar

Tentu ”gelandangan” yang di Amerika itu bukan sepenuhnya gelandangan seperti di Asia. Mereka masih punya mendapatkan besar: sekitar USD 30.000 setahun. Sekitar Rp 400 juta/tahun. Termasuk BLT dari negara.

Hanya saja, dengan penghasilan segitu, mereka tidak bisa lagi beli rumah. Pun secara mencicil 20 tahun. Padahal di sana tidak mudah mencari rumah di kompleks Mertua Indah.

Kalau perang berlanjut dalam mode slow motion seperti sekarang, yang gembira raja-raja minyak itu. Sekaligus betapa susahnya dunia.

Amerika pilih perang. Dan menang. Harapannya.

Xi Jinping pilih merintis perdamaian. Dan sulit.

Baca Juga:Korban Sodomi Guru Ngaji di Wonotunggal Batang Bertambah Menjadi 13 OrangSiang Bolong, Pria Paruh Baya Tewas di Lokalisasi Bong Cino

Tentu banyak sekali yang dibicarakan selama 1 jam itu. Tiongkok pasti merasakan bagaimana terancamnya satu negara bila tetangga dekatnya menjadi satelit negara lawan.

Itu yang dirasakan Rusia ketika Ukraina ingin menjadi anggota NATO. Tiongkok tahu perasaan Rusia tersebut.

Amerika tidak bisa merasakan perasaan itu. Tetangganya di utara adalah sahabat terbaiknya. Tetangganya di selatan, Meksiko, bisa dibuat tergantung ke Amerika.

Amerika baru akan bisa merasakan itu kalau, misalnya, tiba-tiba, Mexico menjadi negara anti Amerika sekaligus menjadi satelitnya Rusia atau Tiongkok.

Maka Amerika enteng saja ketika meloloskan UU ”Ukraina harus menang” Selasa lalu.

Dan yang disebut ”menang” di resolusi Amerika itu adalah: batas negara harus dikembalikan ke posisi tahun 1991.

Itu berarti beberapa wilayah yang sudah direbut Rusia harus dikembalikan. Termasuk semenanjung Krimea yang direbut Rusia jauh sebelum perang Ukraina.

Baca Juga:RSUD Batang Layani Tes Kesehatan Ratusan BacalegBabak Penyisihan

Masih ditambah lagi: Rusia harus mengganti kerugian perang, harus membiayai rehabilitasi semua kerusakan akibat perang, harus mengganti rugi mereka yang menjadi korban perang, dan Rusia harus mempertanggungjawabkan secara hukum serangan itu.

Tentu Zelenskyy sudah tahu keputusan Amerika tersebut. Harusnya ia senang-gulung-gulung. Tapi kemudian ia masih mau menerima telepon panjang dari Xi Jinping.

Bahkan Senin kemarin Tiongkok boleh mengirim utusan untuk melanjutkan telepon satu jam itu.

Mungkin Zelenskyy sudah lebih realistis: harus menang itu pakai apa?

Selama ini Amerika dan negara anggota NATO sudah membantu uang, tentara, dan senjata. Belum juga menang.

0 Komentar