Rob Hancurkan Pesisir Pekalongan, Rumah Ditinggalkan, Tambak Tak Digarap

Rob Hancurkan Pesisir Pekalongan, Rumah Ditinggalkan, Tambak Tak Digarap
Sebagian bangunan di Dukuh Simonet, Desa Semut, Kecamatan Wonokerto, Kabupaten Pekalongan tinggal puing-puing kenangan. Hancur dihajar rob dan abrasi. (Hadi Waluyo).
0 Komentar

KAJEN,Radarpekalongan.id – Bencana rob telah menghancurkan pesisir Pekalongan. Bahkan rob mampu merubah pola kehidupan masyarakat pesisir. Banyak tambak, sawah, dan kebun melati tak digarap. Rumah ditinggalkan. Banyak petani dan petambak beralih jadi buruh.

Sebelum rob mengganas, masyarakat pesisir bergantung dengan mata pencarian tambak, nelayan, kebun melati dan pertanian. Yang paling banyak bergerak di sektor perikanan. Namun mulai tahun 2013, ketergantungan dengan sumber daya alam itu kian pudar seiring rusaknya tambak, sawah, dan kebun melati di wilayah pesisir.

“Semuanya (mata pencarian) bergantung dengan alam. Karena kondisi ini, kita ada penurunan pendapatan karena alam rusak. Aset-aset lama kelamaan hilang, seperti tambak dan lahan. Ada sekitar 10 persen warga beralih ke selatan. Mereka murni meninggalkan rumahnya. Rumah ditinggal, tambak tidak bisa digarap,” ungkap Kepala Desa Api-Api, Kecamatan Wonokerto, Kabupaten Pekalongan, Komarudin, saat webinar ‘Krisis Iklim: Ancaman Tenggelamnya Kota Pekalongan’, Kamis (3/11/2022). Webinar ini diprakarsai oleh Satya Bumi.

Baca Juga:Misteri Gua Putri, Tempat Persembunyian Putri Mataram saat Penjajahan Belanda di Pedalaman Kabupaten Pekalongan, 500 M dari Desa KutorojoIni Faktor Risiko Stunting Yang Perlu Diwaspadai Menurut Wabup Riswadi

Dalam webinar itu, Komarudin menceritakan perjalanan air rob masuk ke tambak dan pemukiman. Hingga akhirnya bencana rob merubah pola kehidupan warganya.Disebutkan, air rob mulai masuk ke pemukiman berawal dari program pemerintah kabupaten sekitar tahun 2004-2005. Yakni program normalisasi sungai. “Waktu itu (sungai) didalami dan dilebarin. Mau tidak mau muara dilebarin dibarengi dengan pemindahan TPI Wonokerto yang semula di tengah pemukiman dipindah ke muara sungai. Muara ini bentuknya mangap lurus lebar ke pantai, tanpa ada penghalang lagi,” terang dia.

Dengan kondisi tersebut, lanjut dia, air laut dengan mudah masuk tanpa adanya tanggul alami.“Karena saat alat cakruk bisa masuk harus memindahkan lumpur, mau tidak mau memindahkan pohon mangrove, sehingga gelombang air laut lebih mudah ke sungai, sehingga membuat benteng tambak abrasi dan volume air membesar,” jelas Komarudin.

Ia pun menceritakan dari tahun ke tahun apa yang terjadi di wilayah Wonokerto. Di tahun 2008, air rob mulai masuk ke area persawahan, kebun melati milik warga belum terdampak. Di tahun 2009-2013, air laut sudah mulai masuk termasuk merendam kebun melati.“Tahun 2013, (rob) sudah masuk ke pemukiman. Air rob sudah setinggi paha orang dewasa,” katanya.

0 Komentar