Rob Hancurkan Pesisir Pekalongan, Rumah Ditinggalkan, Tambak Tak Digarap

Rob Hancurkan Pesisir Pekalongan, Rumah Ditinggalkan, Tambak Tak Digarap
Sebagian bangunan di Dukuh Simonet, Desa Semut, Kecamatan Wonokerto, Kabupaten Pekalongan tinggal puing-puing kenangan. Hancur dihajar rob dan abrasi. (Hadi Waluyo).
0 Komentar

Mengatasi masalah itu, pihaknya bersama warga melakukan apa yang bisa dilakukan semampunya. “Karena sudah ada perubahan air pasang dari hari-hari biasanya dari tahun sebelumnya, kita bersama warga bikin mitigasi semampunya yang bisa kita lakukan, seperti menanam mangrove di sungai-sungai dan tanggul. Tahun ke sini airnya kok tinggi banget. Akhirnya sampai tahun 2016 ada kecenderungan warga Wonokerto, waktu itu menyerah dengan kondisi tingginya air rob,” ungkap Komarudin.

Pendapatan masyarakat turun karena alam rusak. Aset seperti sawah, kebun melati, dan tambak, lama kelamaan hilang. Menurutnya, ada sekitar 10 persen warga beralih ke selatan. Mereka murni meninggalkan rumahnya.

Yang lebih parah, kata dia, Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Wonokerto. Dengan kondisi banjir air rob, TPI kerap tidak bisa melakukan lelang. Warganya melakukan lelang ke TPI tetangga di Kota Pekalongan ataupun Batang. Itu pun harus menyediakan BBM yang ekstra untuk menuju ke lokasi tersebut.

Baca Juga:Misteri Gua Putri, Tempat Persembunyian Putri Mataram saat Penjajahan Belanda di Pedalaman Kabupaten Pekalongan, 500 M dari Desa KutorojoIni Faktor Risiko Stunting Yang Perlu Diwaspadai Menurut Wabup Riswadi

Dalam kondisi banjir rob itu, sebagian warga menyerah, berkecenderungan menjual tambak dan mencari pekerjaan alternatif lainnya.“Tambak-tambak dijual. Yang lucunya, ada mencari pekerjaan yang justru menjadi buruh tambak di tambaknya sendiri yang telah dijual ke orang lain. Karena tidak ada keahlian di bidang lain,” ucapnya.

Tahun berikutnya, menurut Komarudin, ketinggian air menjadi dua kali lipat. Hingga tahun berikutnya, ada ratusan hektar lahan yang ditinggal karena tidak bisa digunakan. Krisis air bersih juga terjadi.

“Masalah air bersih, masyarakat Api-api sebagian masih gunakan air payau untuk kebutuhan sehari-hari. Hanya untuk minum kita gunakan air galon, beli atau kita ada juga yang ngangsu,” kata Komarudin.

Pernah dibuatkan sumur resapan dan tadah hujan. Namun ternyata tidak bisa digunakan.“Itu pun nglemer, agak lengket dan asin. Masalahnya ya air bersih, sampah, dan tempat tinggal. Kalau infrastruktur saya yakin pemerintah akan lambat laun memperbaiki,” jelasnya. (had)

0 Komentar