Safari Djauhari

Safari Djauhari
Dahlan Iskan di Kedubes Indonesia di Beijing, Tiongkok. disway id
0 Komentar

Saya pun tidak pakai masker. Lalu saya duduk di satu kursi kosong. Kanan kiri saya masih pakai masker.

Begitu saya duduk, yang sebelah kanan saya berdiri. Pilih berdiri daripada di sebelah saya. Saya tahu diri. Maka saya ambil masker. Dan saya pakai. Saya ingin menjaga perasaan penumpang sebelah saya. Maka yang mendadak berdiri itu duduk kembali di sebelah saya.

Khusus untuk buka puasa di Kedubes ini saya pakai mobil. Muncul perasaan takut kena macet saat melewati kawasan CCTV. Selalu macet di situ. Hari apa saja. Jam berapa saja. Maka saya berangkat satu jam sebelum jadwal.

Baca Juga:Safari AladinLibur Lebaran, Perumda Air Minum Tutup Sementara Layanan CS dan Loket Pembayaran

Ternyata saya harus minta maaf karena tiba setengah jam lebih awal dari janji. Maksud saya agar penjaga pintu di depan diberi info sehingga mobil bisa masuk.

Ternyata pak Wakil Dubes Dino R. Kusnadi sudah di teras. Bersama Raden Fitri Saptaji, atase imigrasi. Juga beberapa staf Kedubes. Saya lihat ada gamelan Jawa di lobi ini. Juga seperangkat angklung Sunda. Di ruang berikutnya khusus untuk display produk-produk unggulan Indonesia: ada berbagai macam kopi, sarang burung, kerajinan, dan tentu batik.

Ruang-ruang di Kedubes ini terlihat lebih bersih dan tertata. Kelihatannya baru selesai direnovasi.

Kami pun punya waktu lebih setengah jam untuk ngobrol. Saya tertarik pada sarang burung. Pemerintahan Jokowi saya anggap berhasil menerobos barikade larangan impor sarang burung dari Indonesia. Kini sudah ada 36 eksporter yang bisa kirim langsung ke Tiongkok.

Anda sudah tahu: sarang burung Indonesia kena blacklist. Lama sekali. Salah kita sendiri. Pedagang kita rakus. Untuk membuat sarang burung berwarna putih-bening digunakan kimia yang dilarang.

Begitu tidak bisa masuk Tiongkok, harga pun nyungsep. Pedagang yang baik ikut jadi korban kerakusan itu. Mereka terpaksa ekspor lewat Malaysia. Diakui sebagai produk Malaysia.

Perjuangan memasukkan sarang burung kembali ke Tiongkok memakan waktu lebih dari 10 tahun. Sebenarnya tahun 2013 Presiden SBY sudah berhasil menyepakati protokol baru dengan Perdana Menteri Wen Jiaobao. Tapi pelaksanaannya perlu banyak terobosan.

0 Komentar