Safari Tiongkok

Safari Tiongkok
Dahlan Iskan -Foto.Dok/Ilustrasi: Syaiful Amri-disway.id
0 Komentar

Masalahnya harus bermalam di Singapura. Juga tidak masalah. Saya bisa tidur di kursi di bandara Changi. Di terminal 2 ini. Tinggal cari deretan kursi yang kosong. Bisa rebahan selonjor di situ. Toh banyak teman senasib dari negara lain.

Saya sengaja tidak bermalam di kota Singapura, yang hotelnya saja bisa lebih mahal dari tiket pesawatnya. Toh hanya transit 7 jam. Kalau ke kota waktunya habis untuk proses imigrasi dan perjalanan taksi.

Menjelang cari kursi saya beli sandwich tuna dulu. Untuk persiapan makan sahur. Takutnya kafe itu tutup di dini hari. Tidur pun nyenyak sambil memeluk sandwich.

Baca Juga:Jasad Poniman Ditemukan 700 meter dari Lokasi KejadianPenyamun Bohong

Pagi-pagi saya ke terminal 3. Naik kereta antar-terminal. Saya mengandalkan logika: SQ ke Beijing pasti berangkat dari terminal 3 yang istimewa. Sejak dulu begitu. Penerbangan tuan rumah diistimewakan. Seperti juga terminal 3 Cengkareng untuk Garuda. Sayang, sudah dapat keistimewaan tetap saja menghadapi kesulitan.

Tiba di terminal 3 Changi itu saya ingin tahu: lewat gate berapa. Saya pun ke layar informasi. Ternyata SQ jurusan Beijing lewat terminal 1.

“Ini perubahan besar!” teriak saya dalam hati. Dulu, terminal 1 hanya untuk penerbangan kelas bawah. Terminal 2 untuk penerbangan kelas menengah. Sedang terminal 3 untuk Singapore Airlines.

Saya pun ke terminal 1. Pakai kereta antar-terminal. Terpana. Ternyata terminal 1 sudah berubah. Sudah bukan kelas sederhana lagi. Selama Covid rupanya dilakukan pembenahan besar-besaran. Istana-istana branded ada di terminal 1.

Atau jangan-jangan sudah lama begitu. Saya saja yang sudah terlalu lama tidak naik SQ. Yakni sejak penerbangan dari Emirates tampil begitu perkasa.

Bismillah. Kini naik SQ lagi. Meski kelas ekonomi. Yang penting selama lima di penerbangan ini HP jangan low battery.

Maka begitu duduk di pesawat, yang saya lihat pertama adalah: adakah colokan listriknya. Harusnya ada. Kan SQ. Dan memang ada. Aman. Lima jam penebangan Singapura-Beijing, tidak akan terasa lama. Saya bisa terus sibuk. Lima tulisan Safari Ramadan pasti bisa selesai.

Baca Juga:Putus Asa, Pria Paruh Baya Nekat Menceburkan Diri ke Sungai Sambong BatangKemensos Beri Pendampingan 10 Santri Korban Pencabulan dan Persetubuhan Oleh Pengasuh Ponpes

Hampir saja saya tidak bisa berangkat. Saya bersyukur saat berangkat ke Bandara Juanda waktunya longgar. Kalau mepet saya bisa gagal berangkat. Ternyata, sebelum boarding banyak yang harus dikerjakan. Harus cari App isian imigrasi Tiongkok. Tanpa itu tidak bisa check-in.

0 Komentar