Salaam Karma

Salaam Karma
Dahlan Iskan -Foto.Dok/Ilustrasi: Syaiful Amri-disway.id
0 Komentar

Penentuan hakimnya juga tidak biasa. Di New York penentuan hakim dibuat sangat adil. Tidak ada istilah ”perkara A diadili oleh hakim A”. Di sana ”hakim siapa yang menangani perkara apa” ditentukan lewat undian.

Bisa jadi hasil undian itu tidak memuaskan publik: misalnya jatuh ke hakim kulit hitam. Atau hakim kulit putih. Maka khusus untuk perkara Central Park Lima ini hakim langsung ditunjuk yang reputasinya sudah diakui oleh publik.

Jaksa membacakan dakwaan. Saksi dihadirkan. Bukti disajikan. Termasuk hasil tes DNA.

Baca Juga:Kambing GemukAnshor Laris

Dewan yuri memutuskan lima remaja itu bersalah. Tapi ada yang dinyatakan tidak ikut memerkosa. Hukuman pada mereka antara 5 sampai 7 tahun. Satu orang sampai 12 tahun.

Juri tahu para remaja itu belum pernah perlakukan tindak kriminal apa pun. Mereka juga dari kalangan yang secara ekonomi tidak miskin. Mereka mampu membayar uang jaminan sampai USD 25.000.

Tapi juri percaya pada hasil pemeriksaan DNA. Termasuk soal rambut tadi.

Memang di pemeriksaan polisi yang pertama mereka juga mengaku melakukan perbuatan itu. Pengakuan tersebut lantas diformalkan dalam rekaman. Rekaman itulah yang diperdengarkan ke juri.

Ketika pemeriksaan itu, Salaam, karena sudah 16 tahun, tidak didampingi orang tua. Saat pemeriksaan Salaam didampingi pengacara.

Kepada pengacara inilah Salaam mengaku tidak bersalah. Teman-temannya pun yakin ia tidak bersalah. Mereka hanya merasa mengganggu Meili tapi tidak sejauh yang dituduhkan. Mereka tidak tahu apa yang terjadi pada Meili malam itu.

Akhirnya, satu minggu setelah ditangani pengacara, mereka menarik pengakuan. Mereka merasa terintimidasi polisi.

Baca Juga:No GagAwas! Polisi Bakal Tindak Tegas Pelaku yang Memaksa Minta THR

Di pengadilan mereka konsisten mengaku tidak bersalah. Sampai pun ketika hukuman dijatuhkan.

Saat hukuman itu dijatuhkan Salaam membacakan pernyataan dengan gaya membaca puisi. Lantang. Penuh keyakinan. Semua media memuatnya, termasuk sebagai sumber tulisan ini:

“Saya anggap hukuman ini sebagai tes.

Dari Allah, Tuhan kami.

Semua yang saya dan teman-teman katakan adalah kebenaran.

Saya tidak pernah merusak ajaran agama saya dengan berbohong”.

Terhukum lainnya juga membuat pernyataan senada: kelak kebenaran akhirnya akan muncul.

Lalai mereka menjalani hukuman.

0 Komentar