Seni Musik Kenthongan, Musik Tradisional dari Banyumasan yang Terus Bertahan

Seni musik kenthongan
Seni musik kenthongan asal Banyumas.(foto/twitter/@CantikaCahyani)
0 Komentar

RADARPEKALONGAN.ID – Seni musik Kenthongan, merupakan salah satu seni musik tradisional yang masih dilestarikan hingga kini.

Seni musik tersebut berasal dari wilayah Banyumasan, sebuah kabupaten yang ada di Jawa Tengah. Terletak di kaki gunung Slamet, erbatasan langsung dengan beberapa kabupaten lainnya seperti Tegal dan Pemalang di sebelah utara, Cilacap di sebelah Selatan, Brebes di sebelah barat. Serta Purbalingga, Kebumen dan Banjarnegara di sebelah timur.

Seperti daerah lain yang punya keunikan tersendiri, begitu juga Banyumas. Salah satu yang dikenal tentu bahasa ‘ngapak’ dan makanan mendoan. Namun Banyumas juga punya alat musik tradisional yang masih lestari hingga kini yaitu seni musik kenthongan.

Baca Juga:Keren! Danau Toba Siap jadi Tuan Rumah Ajang F1 Power Boat DuniaSerabi Kalibeluk, Kudapan Tradisional Khas Batang yang Menikmatkan Lidah

Kenthongan merupakan alat musik yang terbuat dari bambu dan dibunyikan dengan cara dipukul. Kenthongan pada awalnya digunakan sebagai alat komunikasi kepada masyarakat sebagai tanda bahaya, alarm, penanda adzan maupun lainnya.

Namun seiring perkembangan zaman, kenthongan kini menjadi sebuah alat musik tradisional yang kemudian dikemas menjadi sebuah seni musik.

Perkembangan Seni Musik Kenthongan

Seni musik kenthongan sering juga disebut dengan nama musik thek-thek. Seni musik ini dimainkan oleh 20 hingga 26 orang dalam satu grup. Diiringi dengan berbagai alat musik lainnya seperti angklung, gambang kentur, drum dan simbal. Agar lebih bervariatif musik yang disajikan dalam pertunjukan biasanya telah di sesuaikan dengan musik yang populer saat ini.

Selain menampilkan alat musik, pagelaran kenthongan biasanya juga dimeriahkan dengan para penari. Ciri khas dari gerakan tari ini tegas dan patah patah dan lebih menonjolkan goyangan pinggul dan gerakan bahu dari penari.

Kenthongan Banyumasan mulai kembali dikenal pada tahun 1997 dengan menggandeng generasi muda sekitar.

Mengutip dari banyumas.org, pada tahun 2004 Edi Romadhon seorang seniman Banyumas mengumpulkan berbagai kelompok musik kenthongan dan membuat orkestra musik. Dengan total pemain mencapai 125 orang dan mendapat penghargaan dari rekor MURI sebagai pemain terbanyak.

Kesenian kenthongan juga sering ditampilkan dalam acara-acara penting. Seperti acara hari ulang tahun kabupaten hingga upacara penurunan bendera di Istana Negara tahun 2004.

0 Komentar