Superiority Complex: Merasa Paling Baik Turunkan Kualitas Dirimu

Superiority complex, pengaruhi rendahnya kualitas dirimu.
Superiority complex, pengaruhi rendahnya kualitas dirimu. (Sumber: freepik.com)
0 Komentar

Untuk melarikan diri dari perasaan tidak aman atau insecurities, orang berlaku bahwa dirinya lebih baik dari orang lain. Situasi ini diwakili dengan istilah superiority complex, sebagaimana ungkapan Aimee Daramus, seorang psikolog klinis berlisensi.

Orang dengan kebiasaan menganggap dirinya superior dibandingkan orang lain berpotensi memiliki superiority complex. Meskipun begitu, perilaku melebih-lebihkan prestasi dan kemampuan bukan tidak mungkin dilakukan untuk mengimbangi perasaan rendah diri yang terus datang.

Memiliki superiority complex merupakan hal yang wajar. Berdasarkan studi yang dilakikan Dr. Daramus pada tahun 2013, ditemukan bahwa mayoritas orang cenderung bias terhadap diri sendiri dan akan menilai mereka lebih tinggi dari orang lain.

Baca Juga:6 Sebab Prasangka, Buatmu Tidak Objektif dalam MenilaiHindari Pengaruh Cancel Culture, 6 Tips Ini Bantu Jaga Kesehatan Mentalmu

Beberapa orang memiliki superiority complex karena suatu masalah, seperti penampilan atau keuangan mereka. Sementara orang lain berusaha tampil lebih baik dengan menonjolkan sifat domiinan.

Karakteristik Superiority Complex

Dr. Ramus merangkum beberapa hal yang dapat dijadikan panduan untuk melihat karakteristik orang dengan superiority complex. Di mana orang cenderung membuat klaim berlebihan atas pencapaian atau kemampuannya, terus-menerus membandingkan dan mengunggulkan diri dibanding orang lain, kompensasi berlebihan untuk kekurangan yang secara nyata dimiliki, hingga mengabaikan pendapat atau kontribusi orang lain terutama yang bersifat negatif.

Orang dengan situasi ini ingin mempertahankan harga diri dan egonya, sehingga menampakkan celah yang dia miliki bukanlah hal yang akan dipilih. Mereka cenderung reaktif ketika mendapati situasi yang membuat mereka tidak aman, mengancam harga diri, dan menyingkap kekurangan yang dimiliki.

Dalam level yang lebih tinggi, orang bahkan mengabaikan, menindas, atau merendahkan orang lain. Mereka ingin selalu unggul, sehingga enggan berada di kondisi di mana mereka tidak merasa unggul dan paling bersinar.

Misalnya, dalam sebuah permainan, orang dengan superiority complex akan memuji permainan itu dan menganggapnya seru ketika dia menang, tetapi akan mengatakan bahwa permainan itu bodoh jika ia tidak bisa memenangkannya. Mereka mungkin mencoba untuk menghentikan permainan, mendiskriditkan perasaan senang miliki pemenang, atau bereaksi berlebihan terhadap kekalahan yang diperoleh.

0 Komentar