Oleh : Dahlan Iskan
TIGA kali saya ditawari untuk ditandu saja. Naik tandu. Dipikul dua orang.
Saya mencoba bertahan: Deng Xiaoping mampu naik gunung Huangshan di usianya yang 71 tahun. Saya harus kuat.
Apalagi seorang ibu di depan saya berumur 73 tahun. Tertatih. Tapi kuat. Dia mempersilakan saya mendahului. Dia ingin istirahat dulu. Dia pun duduk di batu di jalan tangga yang sempit ini.
Baca Juga:Kucing JembatanDapat Tambahan 43 Tenaga Kesehatan, Pj Bupati : Kita Masih Butuh 1.500 Tenaga Kesehatan Lagi!
Saya ikut duduk. Saya ingin tetap di belakang ibu itu. Tangga batu ini luar biasa curam. Hampir tegak lurus. Tinggi sekali. Kanan kirinya tebing batu juga. Lalu ada tali besar sebagai pegangan. Tanpa tali itu saya sudah menyerah. Bukan hanya karena lelah, tapi lebih pada takut: apakah kalau saya nanti gemetar tidak membuat pegangan saya itu melemah. Lalu oksigen yang masuk ke otak berkurang. Terkulai. Menggelundung ke bawah.
Memang di belakang saya penuh manusia. Sampai tangga terbawah sana. Kalaupun menggelundung akan tertahan orang di belakang saya. Tapi bisa juga terjadi efek domino: semua yang di bawah saya ikut menggelundung.
Saya tetap harus naik. Sabar. Pelan-pelan saja. Yang muda di belakang saya mau mengalah: ikut naik tangga pelan-pelan.
Memang mereka tidak akan bisa menyalip. Tangga ini hanya cukup satu orang. Bisa sih mereka menyalip, tapi berbahaya bagi yang tua.
Saya sendiri, setiap naik satu tangga ambil napas dulu. Tangganya begitu terjal. Maksud saya: perlu mengangkat kaki tinggi untuk bisa menapak satu tangga. Berarti tidak mungkin bertumpu pada kekuatan kaki. Harus ditarik oleh kekuatan tangan yang berpegang di tali.
Dalam posisi seperti itu, yang selalu hidup di pikiran: saya tidak boleh emosi. Tidak boleh gengsi. Tidak boleh sok kuat. Orang ada apesnya.
Saya selalu ingat teman saya di Surabaya. Pengusaha besar. Terbesar di Surabaya. Umurnya hanya 3 bulan lebih muda dari saya. Ia rekreasi bersama anak cucu ke Amerika. Di sana ikut cucu naik roller coaster. Kena stroke. Hanya uangnya yang kelewat banyak yang bisa membuat ia sembuh. Kini, 10 tahun kemudian, tetap sehat. Olahraga pingpong tiap hari. Genggam salamannya menjadi kuat sekali.